www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

29-07-2022

Perjalanan hidup dan karier Lance Amstrong, atlet balap sepeda AS yang pernah memenangkan Tour de France sebanyak tujuh kali-1999 sampai 2005, bisa menjadi ‘studi kasus’ menarik. Amstrong mulai karier sebagai atlet balap sepeda pada tahun 1990, dan kemudian menjadi salah satu tim pembalap sepeda AS. Karier-nya terus menanjak sampai akhirnya terhenti karena kanker testis, di bagian akhir dekade 1990-an. Setelah dilakukan operasi dan kemoterapi, akhirnya dinyatakan sembuh dan kembali ke arena balap, menang Tour de France pertama kali di tahun 1999. Sebelum kembali ke ajang kompetisi ia mendirikan Yayasan Lance Amstrong yang didedikasikan bagi para penyandang kanker. Sebelumnya ia dengan segala semangatnya kembali berlatih, tetapi oleh pelatihnya -seorang dokter Italia Michele Ferrari, ia diberikan obat-obatan –atas persetujuannya pula, untuk meningkatkan performancenya. Dan ‘meledak’-lah Amstrong dengan segala keperkasaannya memenangkan Tour de France sebanyak tujuh kali berturut-turut.

Sebetulnya kecurigaan akan pemakaian obat-obatan peningkat performance itu sudah ada sejak pertama kali ia memenangkan Tour de France, berdasar tes urinenya. Tetapi mengapa ia bisa sampai menang secara mulus-mulus saja sampai tujuh kali berturut-turut? Mungkinkah ini akibat sihir dari ‘the power of story-telling’ melalui modus komunikasi man-to-mass itu, seperti halnya jaringan televisi, koran-majalah cetak? ‘Dongeng’ penyintas kanker yang baik hati dengan yayasan-nya itu? ‘Dongeng’ tentang ‘orang baik’? Modus mass-to-mass, yang lebih ‘difasilitasi’ oleh jaringan internet, meski sudah berkembang tetapi belumlah seluas sekarang. Apalagi sosial-media belumlah ada. Facebook baru mulai ada di tahun 2004, twitter tahun 2006. Tetapi meski begitu ada seorang jurnalis –David Walsh, jurnalis Sunday Times Inggris, yang sungguh penasaran, meski ia seakan ‘melawan arus’, bahkan diantara teman-teman jurnalisnya. Dan harus diingat juga, ini bukanlah soal Lance Amstrong saja, tetapi adalah soal Nike, misalnya. Atau sponsor-sponsor lain. Artinya, ada gelembungan putaran uang yang tidak sedikit. Belum lagi soal perlunya atau bahkan suatu ‘kebutuhan’ akan hadirnya sosok ‘pahlawan’ di tengah-tengah masyarakat, misal untuk warga AS sono. Dari penderita kanker mematikan, berhasil ‘come-back’ dan menjadi juara balap sepeda paling bergengsi di planet ini! Sekali juara, dua kali, tiga kali, dan seterusnya! Sampai tujuh kali berturut-turut! Atau juga untuk meningkatkan ‘peformance’ kejuaraannya itu sendiri –dari pihak penyelenggara? Dimana itu juga akan melibatkan bermacam sponsor dan putaran uang tidak sedikit. Apalagi akan menyasar pasar Amerika dengan penghasilan perkapita warganya tinggi. Punya kemampuan untuk membeli bermacam sponsor kejuaraan. Belum lagi hak siar-nya. Macam-macam kemungkinannya.

Bagaimana jika perjalanan Amstrong pasca survive dari kanker, kemudian mendirikan yayasan nir-laba, dan menang Tour de France tujuh kali berturut-turut itu terjadi di ranah politik? Yang ‘putaran’ uang-nya tidak hanya hitungan ratusan juta dollar AS, tetapi milyar dollar AS? Bahkan bisa menentukan siapa-siapa panglimanya yang pegang senjata, yang pegang pentungan? ‘Mengelola’ bermacam kekayaan alam tambang hutan, aset-aset sebuah negara, juga ekonominya?

Pada awal tahun 2013, akhirnya Lance Amstrong mengaku di depan publik memakai bermacam obat peningkat performance selama memenangkan Tour de France sebanyak tujuh kali itu, melalui acara salah satu icon modus man-to-mass, Oprah Winfrey. Dan menggelindinglah penyelidikan resmi, dengan ujung ‘drama’: gelar Amstrong dicabut dan dilarang ikut kompetisi lagi. Seumur hidup. Sponsor yang melekat pada dirinya-pun satu-per-satu mulai memutus kontrak. Apa yang bisa kita pelajari dari ‘studi kasus’ ini? Salah satunya adalah sosok David Walsh, sang jurnalis ‘pelawan arus’ saat itu dan bagaimana ia pantang menyerah. Apakah ia bisa disebut sebagai yang sedang menggelindingkan ‘proses-proses molekuler’? Dan merebaknya sosial-media yang seakan mem-booster modus komunikasi mass-to-mass itu sebagai ‘katalis’-nya sehingga Amstrong memutuskan untuk membuka diri di depan Oprah? Jika memang begitu maka di ranah politik jika ada yang mengikuti ‘rute Amstrong’ -komplit dengan segala kecurangannya, untuk meraup kuasa maka tidak ada jalan lain untuk memulai sebuah counter-power, adalah melalui ‘rute’ David Walsh: bongkar, bongkar, bongkar. Terus menerus, tanpa lelah. Sebagai ‘proses-proses molekuler’-nya. *** (29-07-2022)

 

Tiga 'Pertempuran' (5)