www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

Dari Hegemonia ke Arche

2-4-2018

Hëgemonia adalah otoritas legitim terkait dengan prestasi, kehormatan karena berbagai pengorbanan yang telah dijalani. Pada jaman Yunani Kuno, di Athena dan Sparta, prestasi dan kehormatan ini terkait dengan kontribusi dan pengorbanan selama perang melawan Persia. Hëgemonia ini secara tidak langsung akan memberikan hak untuk memimpin.

 

Demokrasi pada dasarnya adalah juga mencari siapa yang terbaik untuk diberikan hak memimpin. Menetapkan siapa menjadi pemegang hëgemonia. Maka tidaklah mengherankan, tidak hanya janji-janji yang terucap tetapi juga prestasi-prestasi akan dituliskan. Membeberkan segala prestasi dengan harapan dapat merebut hëgemonia. Tidak hanya janji-janji yang mempunyai potensi terpompa setinggi langit dan kemudian me-nina-bobo-kan pemilih, tetapi juga deretan prestasi juga mempunyai potensi untuk dimanipulasi habis. Untuk merebut hëgemonia, untuk merebut hak untuk memimpin.

 

Cobalah kita bayangkan, tidak ada hujan tidak ada panas, tiba-tiba saja katakanlah seorang walikota ditahbiskan menjadi salah satu walikota terbaik di dunia. Maka, si-walikota itu semakin mendekat ke hëgemonia. Prototipe kampung deret misalnya, akan juga memompa prestasi yang lebih mendekatkan pada hëgemonia. Dan masih banyaaak lagi pe-mompa-an ‘prestasi-prestasi’ ini. Jika pada jaman Athena dan Sparta hëgemonia ini terdekatkan karena pengorbanan dalam perang hidup-mati melawan Persia, jaman now di belahan dunia lain, ada yang tidak tahu malu dengan memompa ‘prestasi’ setinggi-tingginya. Penuh manipulasi. Kenapa? Karena begitu hëgemonia tergenggam, sudah ada dalam benaknya itu akan berubah menjadi archë.

 

Archë berati ‘kontrol’, dan selalu hirarkis sifatnya. Sekali archë ditetapkan maka merawat, menjaga hirarki ini menjadi salah satu tujuan utama. Bahkan kalau perlu dirawat dengan ujung senapan teracung. *** (2-4-2018)

gallery/spartan