05-10-2019
Siapa yang akan membantah jika isu soal mobil Esemka itu sangat berperan dalam mengantar Jokowi ke kursi DKI 1? Dan siapa saja akan menemukan ujung dari nasib Esemka ini melalui jejak-jejak digital ketika Jokowi sudah jadi Gubernur DKI: “Bukan urusan saya lagi ....”[1] Sekarang nasib yang sama membayang bagi yang sering disebut sebagai ‘buzzer-buzzer istana’ itu. Siapa yang akan membantah peran penting para buzzer itu dalam ikut mengantar Jokowi menjadi RI 1 di 2014, dan selama lima tahun menjalani sebagai RI 1 itu? Bagaimana nasib mereka ke depan?
Pemilu 2019 sebenarnya peran ‘buzzer-buzzer istana’ itu tidaklah sebesar 2014, mereka lebih berperan sebagai salah satu tirai asap bagi dinamika yang ada dalam ranah KPU, Bawaslu, dan MK. Artinya, sudah ada pergeseran. Pergeseran dari ‘pasukan bayaran’ ke ‘pasukan sendiri’, tidak jauh dari yang juga disarankan oleh Machiavelli, junjungan 'mereka'. Ujung dari pergeseran ini kemungkinan adalah akhirnya akan diandalkan ‘pasukan sendiri’ lengkap dengan ‘pentungan’ dan ‘tameng’nya.
Apakah ‘buzzer-buzzer istana’ itu akan lenyap? Tidaklah. Seperti nasib Esemka, nampaknya ia akan menjadi ‘urusan swasta’. Urusan dari sebagian kaum oligark, entah nanti keuntungan apa yang akan mereka hasrati. Yang pasti bukan hasrat akan ‘kesejahteraan umum’, tetapi jelas tidak akan jauh-jauh dari kesejahteraan kaum oligark saja. Seperti biasanya. *** (05-10-2019)
[1] https://www.pergerakankebangsaan.
com/146-Hikayat-Jenderal-Esemka/