13-03-2019
“Kalau mempunyai kesempatan, raja yang bijaksana akan secara licik membangkitkan orang-orang melawan dirinya sehingga dengan menumpas perlawanan tersebut kedudukan dan pengaruhnya akan menjadi semakin kuat” [1] Apa yang ditulis oleh Machiavelli ini bisa kita lihat dekat dengan ‘prototipisme’. 'Prototipisme' adalah sebuah jalan dengan membuat satu-dua prototipe, dan silahkan anda akan menggunakannya sesuai tujuan.
Suka atau tidak, penyederhanaan adalah salah satu bagian penting dalam upaya bertahan manusia. Manusia akan merasakan nyaman menjalani hidupnya ketika alam semesta itu adalah sebuah kosmos, dan bukanlah chaos. Bagi Toynbee tidak semua orang akan mampu memberikan respon yang tepat ketika berhadapan dengan tantangan, dimana tantangan itu mewujud sebagai yang jauh dari sederhananya langgam hidup sehari-hari. Inilah yang disebut Toynbee sebagai 'minoritas kreatif', yang bisa kita katakan juga sebagai yang mampu keluar secara kreatif dari berbagai ‘penyederhanaan-penyederhanaan’ yang memang membuat nyaman itu. Dan dengan keluar secara kreatif itu ia menjadi mampu menghadapi tantangan yang memang berada di luar atau bahkan jauh di luar ‘zona nyaman penyerderhanaan’.
Prototipe adalah salah satu bentuk penyederhanaan. Dan mengapa adanya prototipe ini akan dengan mudah diserap khalayak? Ya, karena ia ada dalam ‘zona nyaman’ khalayak, penyederhanaan. Prototipe ini bisa juga berperan sebagai layaknya sebuah ‘korban’, dan sebagai ‘korban’ ia akan dipersembahkan kepada ‘bermacam dewa’ sesuai dengan peruntukannya. Prototipe mobil yang sedang diluncurkan misalnya adalah juga ‘korban’ yang dipersembahkan bagi ‘dewa kemewahan’, ‘dewa status sosial’, dan seterusnya. Dalam proses menuju puncak, prototipe mobil ini misalnya, akan mencapai orgasmus jika yang indent untuk beli mobil mulai antre. Tetapi jika review banyak mengungkap kekecewaan, rasanya ia akan mengalami ejakulasi dini.
Dalam politik yang melibatkan khalayak, 'prototipisme' ini bisa memegang peran penting, seperti tak jauh disebut Machiavelli di awal tulisan. Jika raja ingin memperkuat pengaruh misalnya, ia akan membuat ‘kelompok penentang’-nya sendiri, sebuah ‘prototipe penantang’ buatan sendiri, dan kemudian dengan gagah berani ia akan menumpasnya sendiri.
Bagaimana dengan ‘kerajaan opini’ dimana dalam politik seperti dikatakan oleh Ortega y Gasset, opini publik adalah pusat gravitasinya? Cobalah kita bayangkan kasak-kusuk sebagai salah satu bahan dasar opini publik, dan kasak-kusuk itu terkait dengan sebuah rekayasa kecurangan misalnya. Supaya kasak-kusuk itu tidak mencapai ‘orgasmus’ dengan menjadi sebuah opini publik yang berdaya ledak, maka salah satu cara ia perlu dipaksa untuk ‘ejakulasi dini’. Caranya? Modifikasi dari ‘taktik’ a la Machiavelli di atas. Buatlah satu-dua ‘prototipe kecurangan’ dan segera basmi dengan membuktikan bahwa ‘prototipe kecurangan’ itu adalah hoax belaka misalnya. Dan ‘terkapar’-nya ‘prototipe kecurangan’ itulah yang dipompa habis-habisan sehingga apa yang berkembang dalam kasak-kusuk menjadi tidak memuncak dalam opini publik, karena telah mengalami ejakulasi dini di tengah jalan. Tentu taktik ini arahnya khalayak dan bukannya si-‘minoritas kreatif’ yang tidak gampang dimanipulasi. Maka bagi si-‘minoritas kreatif’ diperlukan ‘penanganan’ lebih dari sekedar terkaparnya sebuah prototipe. ‘Penanganan’ dengan bermacam pilihan bentuknya. *** (13-03-2019)
[1] Niccolo Machiavelli, Sang Penguasa, hlm. 88-89