www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

21-07-2022

Apa konsekuensinya ketika yang dominan adalah ‘primitive acccumulation’, dan jika kemudian berkembang menjadi ‘accumulation by dispossession’? Apa ujung dari ‘jebakan hutang’ itu misalnya? Perampasan! Paradigma ultra-minimal state itu ternyata banyak menampakkan bahwa ujung-ujungnya adalah perampasan. ‘Accumulation by dispossession’ yang menurut David Harvey akan melalui jalur privatisasi dan komodifikasi semua hal, manajemen dan manipulasi krisis, permainan melalui bermacam instrumen keuangan atau financialization, state redistributions dengan contoh telanjangnya adalah tax amnesty bagi orang-orang kaya. Atau bebas pajak bagi barang-barang mewah. Perampasan melalui instrumen keuangan? Banyak contoh! Di depan mata lagi, melalu bermacam berita dan analisa ‘skandal’-nya. Bahkan mimpi-pun dirampas. Bahkan juga harapan-pun dipermainkan. Bahkan pula ke-warga-negaraan-pun akan dicabut-dirampas karena tidak bayar pajak! Memangnya khalayak itu beli rokok itu tidak bayar pajak? Makan di restoran, beli barang-kebutuhan di minimarket, tidak bayar pajak? Punya kendaraan, tidak bayar pajak? Bahkan keinginan hidup bersama itu dikelola oleh orang-orang terbaik terbaik di bidangnyapun dirampas pula. Bahkan partai politik-pun akan dirampas pula. Tetapi bukankah perampasan sedikit demi sedikit mulai dari wilayah timur Ukraina oleh Russia itu dilakukan oleh yang lebih dekat pada ‘ultra-maximum state’? Bukankah perbudakan itu adalah sebuah perampasan paling telanjang? Juga soal ‘nilai lebih’ dari kaum pekerja itu?

Perbudakan pada jamannya adalah salah satu pendorong ekonomi utama. Siapa mempunyai budak paling banyak, ia seakan mempunyai tidak hanya kekayaan, tetapi juga kuasa besar. Orang pada jamannya tidak akan merasa ‘aneh’ dengan adanya perbudakan itu, meski ada juga mulai timbul perlawanan-perlawanan atau yang sadar bahwa perbudakan itu salah. Bagaimana jika bermacam bentuk perampasan melalui bermacam fitur accumulation by dispossession seperti disebut di atas, juga bisa-bisa terhayati sebagai yang ‘biasa-biasa’ saja, tidak aneh-aneh, meski semakin banyak kritik dan bahkan perlawanan terhadapnya? Orang-orang, terutama yang pegang kuasa dalam bermacam bentuknya itu, menjadi semakin hilang empati terhadap hidup kebanyakan orang, karena yang dominan dalam ‘bawah sadar’-nya adalah: perampasan. Yang baginya ‘modus’ seperti itu sudah menjadi ‘normal-normal’ saja. Bahkan di tingkat ‘verbal’-pun sudah semau-maunya. *** (21-07-2022)

 

Era Perampasan?