14-07-2022
Menurut Manuel Castells, sejarah mencatat bahwa komunikasi dan informasi merupakan sumber daya fundamental dari power dan counterpower dalam hidup bersama, dalam masyarakat pada umumnya. Kata Castells lebih lanjut, “everything depends on how people think and what they believe in.” Meski ada yang menyebut masih bisa diperdebatkan, tetapi soal bagaimana sosial media berkembang dan mempengaruhi merebaknya Arab Spring lebih dari 10 tahun lalu itu sudahlah sangat jelas. Atau dalam kata-kata Noam Chomsky, sejauh ‘yang lain’ tidak tahu apa yang menjadi sentimen lainnya, maka status-quo akan tetap bertahan. Sosial media memungkinkan komunikasi mass-to-mass menjadi sangat berkembang, menjadi sangat dimungkinkan ‘yang lain’ tahu sentimen –atau how people think and what the believe in’, dari lainnya, dengan cepat pula.
Bagaimana jika beberapa hal di atas dibandingkan dengan runtuhnya Tembok Berlin, 20 tahun sebelum Arab Spring itu? Atau runtuhnya jaman old di 1998, 10 tahun sebelum Arab Spring? Atau jatuhnya Marcos di tahun 1986 setelah berkuasa sejak 1965? Bagaimana dengan pendapat seorang dosen Jerman Timur, seperti ditulis Ignas Kleden beberapa waktu setelah Tembok Berlin runtuh (Sosialisme di Tepi Sungai Elbe), dimana dosen tersebut mengatakan bahwa sosialisme bisa berkembang jika tidak diganggu, sedang kapitalisme akan buas dan brutal jika tidak diganggu? Bagaimana jika itu ‘kapitalisme kroni’? Yang pilar utamanya itu adalah para pemburu rente itu? Pertanyaan-pertanyaan di atas, kegundahan-kegundahan di atas tiba-tiba menyeruak naik ke permukaan ketika semakin terkuak betapa mbèlgèdès-nya Rancangan KUHP akhir-akhir ini. Dengan segala yang terjadi di bertahun terakhir ini, semakin nampaklah kebenaran ungkapan Napoleon: “When small men attempt great enterprises, they alway end by reducing them to the level of their mediocrity.” *** (14-07-2022)