29-06-2022
Ternyata perang Ukraina sudah memasuki bulan ke-lima, dan ternyata juga, tidak selesai dalam hitungan minggu saja. Dari pemberitaan kita bisa melihat ada bagian yang diarsir dalam peta Ukraina, di bagian timur, termasuk juga tentu di sini, Crimea. Dan dari pemberitaan juga kita tahu Rusia sudah mulai siaran televisi-nya untuk bagian-bagian yang sudah diarsir itu. Seakan ingin komplit dalam perang posisi dan perang manuver-nya Gramsci. Apa yang perlu diperhatikan di sini adalah, jangan-jangan abad-21 ini akan terbiasakan bagaimana kedaulatan itu dipreteli bahkan dengan dicaploknya sebuah wilayah secara paksa. Artinya, potensi terjadinya perang di sana-sini, bahkan perang besar-pun sudah membesar. Masih ‘beruntung’ wilayah Ukraina itu bisa dikatakan hampir semua berupa satu hamparan daratan. Dan juga keragaman etnisnya relatif tidaklah banyak. Coba bayangkan jika ia adalah sebuah kepulauan dengan ribuan pulau di dalamnya, dan dengan keragaman etnisnya sangat beragam. Bisa-bisa arsiran itu kemudian berupa satu arsiran di satu pulau, kemudian merembet ke pulau lain, dan seterusnya. Bagaimanapun, mempertahankan pulau-pulau itu akan lebih sulit dari pada perang di satu daratan sepertihalnya di Ukraina. Apalagi jika sebelumnya sudah ada infiltrasi yang intensif dan menyebar di bermacam pulau itu. Belum lagi bermacam eksploitasi isu yang berujung bermacam bentuk adu-domba sudah dilakukan dengan tiada hentinya. Bermacam fanatisme sudah dikembangkan tidak hanya sebagai bagian dari cuci-otak, tetapi juga bagai simpanan bensin di balik bermacam adu domba itu. Jika itu terus dilakukan, maka dalam Perang Modern yang sering diungkap oleh Jendral Ryamizard Ryacudu itu, tahap invasi, penguasaan tinggal menunggu waktu saja. Invasi, seperti dilakukan oleh Rusia terhadap Ukraina itu kemudian tinggal soal alasan saja. Dan itu bisa macam-macam. Salah satu yang dikatakan oleh pihak Rusia adalah untuk melindungi kelompok-kelompok berbahasa Rusia yang hidup sebagai warga negara Ukraina. Jelas alasan yang mengada-ada, sebab jika itu dilakukan, Australia misalnya, akan selalu dalam bayang-bayang perang dengan banyak negara. Banyak imigran di situ, dari bermacam negara-bangsa. Dan bahasa, tentunya. Dan tidak hanya pencaplokan telanjang tanpa sungkan lagi, tetapi dengan mata kemajuan teknologi informasi seperti sekarang ini, ke-porak-porandaan akibat perang itu sungguh membuat keprihatinan mendalam. Brutal. Seakan, sekali lagi, kita sedang dibiasakan menghayati bermacam kejahatan itu beiringan dengan bermacam pembenarannya, dengan bermacam logika-logika melesetnya. Hanya otak-mata boneka-kacung-lah yang tidak bisa melihat potensi-kelam ini. Kita misalnya, tidak bisa melarang ketika ada segelintir otak-kecil teriak-teriak keinginan untuk berkuasa lama. Sama halnya tidak bisa dilarang ketika kita juga mempersiapkan diri untuk menghadapi yang terburuk: perang. Bahkan terburuk dengan segala konsekuensinya, porak-poranda. Hancur-hancuran. *** (29-06-2022)