16-06-2022
Di banyak kota di Eropa, kota lama biasanya terus dipelihara dengan baiknya. Kota baru dalam arti gedung-gedung baru komplit dengan pencakar langitnya juga berkembang, tetapi tidak kemudian mengubur kota-kota lama yang sudah berabad-abad ada. Pada dasarnya kerusakan akibat perang di banyak tempat tidak jauh dari kerusakan akibat invasi Russia ke Ukraina. Termasuk juga dampak-dampak terhadap kehidupannya. Jika kita melihat bermacam kerusakan akibat perang, apakah itu sekadar ‘tontonan’ saja? Suatu tempat penuh kenyamanan untuk menjalani hidup –turun-menurun berabad lamanya, yang tiba-tiba saja menjadi porak poranda? Juga tiba-tiba saja banyak orang harus meninggalkan tempat ia bertahun menjalani hidup itu? Dan jelas itu hal kongkret, dan bukan ‘hiper-realitas’ lagi. Fakta apa lagi yang akan di-hiper-kan ketika itu adalah suatu porak-poranda yang telanjang?
Perang Ukraina, dan juga sebenarnya soal kedaruratan-iklim dan pandemi, yang seakan hadir beriringan itu, apakah sedang memberitahukan pada kita batas-batas kapitalisme yang sudah bergeser, menurut Debord, dari being ke having, dan dari having ke appearing? (Bag. 1) Untuk kembali melihat being lagi yang dalam kata-kata Debord: ‘human fulfillment was no longer equated with what one was’. Tetapi siapa itu manusia yang dimaksud?
***
Membaca tulisan Debord, baik The Society of the Spectacle (1967) maupun Comments on the Society of the Spectacle (1988) rasa-rasanya seperti sedang membaca salah satu ‘protokol’ utama dari sebuah ‘taktik’. “The French Revolution brought great changes in the art of war. It was from that experience that Clausewitz could draw the distinction between tactics, as the use of forces in battle to obtain victory, and strategy, as the use of victories in the battle to attain the goals of a war."[1] Dan nampaknya ada yang sedang ‘berselancar’ naik gelombang perkembangan kapitalisme, dan dengan itu taktik-pun dikembangkan. “The most useful expert, of course, is the one can lie,” demikian ditulis Debord dalam Comments.[2] Atau di bagian lain, “Never before has it been possible to lie to them so brazenly.”[3] Dan ada yang begitu meyakini bahwa bermacam ‘skandal’ yang terjadi, itu akan berlalu begitu saja. Debord mengutip pernyataan pejabat senior Italia: “Once there were scandals, but not any more.”[4] Jika itu adalah ‘taktik’, lalu apa ‘strategi’-nya? *** (16-06-2022)
[1] Guy Debord, Comments on the Society of the Spectacle, Verso, 1990, hlm. 85
[2] Ibid, hlm. 17
[3] Ibid, hlm. 22
[4] Ibid