www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

28-05-2022

Bagian 2

Seorang pelancong asing mengunjungi salah satu kantor pusat sebuah partai politik. Oleh salah satu petinggi partai pelancong itu diajak jalan-jalan lihat-lihat bermacam ruangan dan lainnya yang ada dalam gedung kantor pusat. “Ini adalah ruang Ketua Umum,” demikian petinggi partai memulai memperkenalkan. Berikut ruang rapat, ruang kaderisasi. Tak lupa juga tulisan motto partai, ideologi partai, juga tak lupa dikenalkan pengurus pusat yang kebetulan ada di kantor. “Ini ruang perpustakaan dan arsip-dokumen,” demikian petinggi partai mengakhiri ‘tour’ keliling kantor pusat. Spontan pelancong asing itu kemudian bertanya: “Tetapi dimana partai politiknya?”[1]

Cerita di atas merupakan ‘plesetan’ dari contoh yang ditulis oleh Gilbert Ryle sebagai ilustrasi untuk memulai penjelasannya soal ‘kesalahan kategoris’ dalam The Concept of Mind, terbit pertamakali tahun 1949. Apakah pertanyaan pelancong asing itu sudah masuk pada ‘kesalahan kategoris’? Tulisan ini tidak masuk pada soal itu, tetapi mungkin saja pelancong asing itu punya gambaran sendiri soal ‘partai politik’. Mungkin dia belum puas karena baru ditunjukkan bagaimana partai melakukan ‘pertempuran’, tetapi bagaimana dengan ‘perang’-nya? Baginya segala pernak-pernik terkait dengan pemilihan umum, baik dari segi persiapan jauh-jauh hari sebelumnya, maupun menjelang sampai saat coblosan adalah sebuah ‘pertempuran’. Bagian dari ‘perang’ besarnya. Bagian lain adalah setelah coblosan, baik jika itu menang maupun kalah. Baginya –si pelancong asing itu, ada kemungkinan partai politik memenangkan ‘pertempuran’ tetapi kalah dalam ‘perang’-nya. Mungkin ia ingat tulisan Noreena Hertz, The Silent Takeover: Global Capitalism and the Death of Democracy (2003). Atau tulisan Alvin Toffler dalam Powershift (1990): siapapun partai pemenang dalam pemilihan umum, tetap saja yang menang adalah ‘the invisible party’: birokrasi. “No matter how many parties run against one another in election, and no matter who gets the most votes, a single party alway wins. It is the Invisible Party of bureaucracy.”[2] Atau di republik mungkin lebih spesifik: ‘partai pemburu rente’. *** (28-05-2022)

 

[1] Lihat, Gilbert Ryle, The Concept of Mind, 2009, hlm. 6

[2] Alvin Toffler, Powershift, 1990, hlm. 257

Negara Dan Kewarasannya (4) Bag. 2