24-03-202
Mengapa terjadi perang? Bermacam alasan akan diajukan, bermacam argumentasi hadir sebagai pembenar. Di Perang Dunia I sebenarnya warga AS saat itu enggan untuk terlibat. Tetapi pemerintahnya dengan segala argumentasi ingin terlibat. Dan untuk itu ia butuh dukungan dari warganya. Maka dibentuklah Komisi Creel untuk melakukan propaganda demi memperoleh dukungan dari warga AS saat itu. Dalam hitungan bulan, warga AS saat itupun berubah total, dari enggan bahkan acuh tak acuh terhadap perang di Eropa sana menjadi begitu keranjingan mengirim pasukan terlibat dalam Perang Dunia I itu.
“Kenali dirimu, kenali musuhmu, maka seribu pertempuran, seribu kemenangan,” demikian nasehat Sun Tzu. Bisakah nasehat Sun Tzu itu kita hayati sebagai: kenali dirimu, kenali musuhmu, maka seribu pertempuran akan ada dalam kendali untuk terjadi atau tidak, dan seribu kesejahteraan hidup akan dimenangkan? Artinya, mengenal diri dan yang potensial menjadi musuh pertama-tama adalah untuk menghindari pertempuran, menghindari perang. Bukan karena takut atau apalah mau disebut, tetapi karena perang hanya akan membuat cita-cita kesejahteraan bersama akan semakin menjauh saja. Belum lagi ‘biaya-biaya’ kemanusiaannya. Banyak bukti sejarah ketika tidak terjadi perang dalam waktu lama maka kesejahteraan-pun menjadi semakin mudah dimajukan. Kecuali bagi produsen senjata, mungkin.
Bagaimana jika kita hidup dalam komunitas dengan nuansa relasi ‘patron-klien’ masih begitu kuatnya? Ataukah nuansa itu sebenarnya ada juga bagian ‘mitos’-nya, seperti tak jauh dikatakan oleh Syed Hussein Alatas dalam The Myth of the Lazy Native itu? Dalam ranah besarnya misalnya, bisakah kita tidak terjerembab berulang dan berulang menjadi klien-klien-nya negara-negara besar di planet ini? Pada satu saat jadi klien-nya si A, kemudian ‘melompat’ ke si-B, dan seterusnya? Seakan tidak bisa lepas dari ‘perangkap Thucydides’? Yang sebenarnya dalam banyak hal bagi si-klien bisa dirangkum dalam istilah ‘kutukan sumber daya’ itu?
Maka ‘kenali dirimu, kenali musuhmu’ dalam banyak hal bisa dihayati juga sebagai untuk mengenali apa yang ada dalam kendali, dan yang tidak. Ketika Putin menyebut salah satu alasan invasi ke Ukraina adalah untuk melindungi yang berbahasa Rusia, itu bisa dibantah dengan bermacam argumen kontra. Tetapi Putin mau omong apa saja, itu jelas tidak ada dalam kendali Zelenskyy, presiden Ukraina saat ini. Salah satu alasan perang seperti dikatakan Putin itu bisa memberikan konsekuensi yang tidak kecil. Bayangkan negara seperti Australia yang bisa dikatakan banyak sekali kaum imigrannya, jika memakai alasan Putin itu bisa-bisa pada satu saat Australia akan diserang oleh bermacam negara. *** (24-03-2022)