15-02-2022
Jika melihat serial Law and Order misalnya, khususnya di ruang sidangnya, apa yang sedang kita tonton? Dengan segala ‘penyederhanaan’-nya, bermacam skenario di ruang persidangan itu bisa kita hayati sebagai tontonan dunia-dunianya Karl Popper, yang membedakan adanya ‘dunia 1’, ‘dunia 2’, dan ‘dunia 3’. ‘Dunia 1’ adalah dunia fisik, atau katakanlah bermacam bukti yang diajukan di ruang sidang itu. ‘Dunia 2’ dalam ruang sidang itu diwakili oleh penuntut dan pembela, masing-masing berdasarkan bukti-bukti yang ada kemudian memprosesnya dalam ‘olah-mental-pikiran’ yang berujung dilemparkannya bermacam abstraksi ke dalam ‘dunia 3’. ‘Bermacam abstraksi’ yang sudah terlempar di ‘dunia 3’ itu kemudian akan diserap, dihayati oleh para juri –juga oleh yang mengikuti persidangan, untuk membuat suatu keputusan, bersalah atau tidaknya si-terdakwa. Tidak hanya bermacam abstraksi dilempar ke dalam ‘dunia 3’, tetapi kadang juga bermacam ‘kelicikan’ ungkapan dari pembela atau penuntut, dan tentu akan ditegur oleh hakim. Maka sering kita dengar ‘ungkapan nakal’ itu kemudian ditarik lagi oleh pembela, ataupun penuntut. Jika sudah diperingatkan masih saja ‘kenakalan’ itu diulang oleh penuntut maupun pembela, maka pasal penghinaan persidangan-pun bisa dikenakan. Selanjutnya hakim akan minta para juri untuk mengabaikan hal tersebut, tetapi betulkah itu 100% akan diabaikan oleh para juri?
Maka ‘dunia 3’ itu seakan sebuah ‘pasar bebas’ saja, dan ada kompetisi di situ. Tidak hanya kompetisi untuk memperebutkan sebuah ‘kultur dominan’, tetapi kemudian siapa saja boleh sampai katakanlah, ‘memukul palu keras-keras’ untuk dapat ‘perhatian’, misalnya. Dan salah satu ‘palu godam’ terbesar yang tercatat dalam sejarah adalah yang dibawa oleh Marx. Marx dalam ‘sidang kemanusiaan’ mengingatkan untuk melihat lebih dalam soal relasi-relasi kekuatan produksi yang terjadi di ‘basis’. Karena di dalam relasi-relasi kekuatan produksilah bermacam hal kelam dalam hidup manusia, hidup mengalami bermacam krisisnya. Dan suka atau tidak, Marx telah memberikan berkontribusi besar dalam ruang ‘sidang kemanusiaan’ itu, dengan olah-mental-pikirannya. Masalahnya adalah tidak jauh beda dengan yang akhir-akhir ini kita dengar, sebuah permintaan supaya yang akrab dengan senjata itu dapat mengawal riuh-rendahnya investasi. Jika gagal dalam mengawal ancamannya berat’ pecat! Jadilah ‘kediktatoran investor’ itu, dan bedanya dimana dengan ‘kediktatoran proletariat’? *** (15-02-2022)