16-12-2021
Menjadi zoon-politicon mestinya soal komunitas akan membayang lekat. Soal bagaimana kualitas hidup bersama dalam ‘polis’ bisa berkembang akan membayang lekat pula. Istilah buzzerRp, pollsterRp, adalah sedikit dari contoh zoon-piaraan. Mereka bukanlah zoon-politicon karena bagaimana soal kualitas hidup bersama bisa dimajukan hampir bisa dipastikan tidak ada di otaknya. Mereka itu adalah anjing-anjing piaraan yang siap menggonggong demi tulang-tulang yang dilempar tuannya. Tidak lebih dari itu. Tidak ada kehormatan diri, tidak ada soal martabat diri. Tetapi yang semacam ini, jenis seperti ini tidaklah akan melenyap begitu saja. Bahkan disetiap jamannya akan ada yang seperti ini, dalam bermacam bentuknya. Adanya zoon-piaraan ini seakan di luar kendali zoon-politicon. Bahkan bisa-bisa si-zoon-politicon itu tergusur oleh zoon-piaraan ini. Jika itu yang terjadi maka hidup bersama akan serasa menjengkelkan, dan bisa-bisa terjerumus pada bayang-bayang state of nature-nya Hobbes itu.
“A pure democracy may possibly do, when patriotism is the rulling passion; but when the State abounds with rascals, as is the case with too many at this day, you must suppress a little of that popular spirit,” demikian penggalan surat Edward Rutledge ke John Jay, 24 November 1776, beberapa bulan setelah kemerdekaan AS.[1] Dalam banyak perjalanan sejarah, menjadi tidak mudah membaca penggalan surat di atas, karena: siapa yang menjadi kaum ‘rascals’ itu? Atau ‘ditempatkan’ sebagai kaum ‘rascals’? Apa kemudian bentuk ‘suppress a little of that popular spirit’ dalam kutipan di atas? Dan apa-bagaimana itu ‘patriotism’, terlebih jika dikaitkan soal klaim-klaim-annya? “Aku Pancasila”, misalnya. Para zoon-piaraan itu pastilah akan menunjuk hidung yang lain sebagai kaum rascals-nya. Bertalu-talu gendang akan ditabuh tiada henti untuk meyakinkan komunitas bahwa bukan dia kaum rascals-nya, tetapi ‘yang itu’. Atau begitu susah payahnya upaya dilakukan supaya yang dituding tiada henti sebagai si-rascals itu kemudian jengkel dan menampakkan potensi sebagai si-rascals sehingga dengan itu pula bisa dilakukan satu bentuk ‘suppress a little of that popular spirit’? Kapan ini bisa terjadi? Jika ‘tentara-tentara bayaran’ dirasa sudah waktunya dicukupkan penggunaannya seperti dikatakan Machiavelli soal penggunaan ‘tentara bayaran’ dalam tegaknya sebuah rejim? Dan kemudian masuk ke ‘fase stabilisasi rejim’-nya?
Bagi kaum Dionysian, yang namanya ‘fase stabilisasi rejim’ selalu akan melibatkan hard power sebagai pilar utamanya. Bahkan jika mengikuti Donald Rumsfeld –mantan Menteri Pertahanan AS, tidak ada itu soft power-soft power-an (seperti diintrodusir oleh Joseph Nye Jr.). Jika itu yang terjadi, maka bisa-bisa masuklah hidup bersama dalam ranah zoon politicon pada level terendahnya. Deja vu? *** (16-12-2021)
[1] https://digital.lib.niu.edu/
islandora/object/niu-amarch%3A90358