21-10-2021
Kita meminjam istilah dari Braudel tentang model penulisan sejarah yang melibatkan longue duree, mid term, dan event history itu. Kita meminjam imajinasi Braudel, dan dengan imajinasi tersebut kita menghayati bukan kapitalisme yang melekat pada longue duree itu, tetapi adalah: korupsi. Dengan itu pula kita kembangkan imajinasi soal keberhasilan sebuah rejim. Rejim yang berhasil adalah rejim yang mampu terus mengendalikan korupsi sampai ke tingkat mendekati nol. Atau paling tidak sudah menapak ke jalan itu. Dalam pejalanan pajang mengendalikan korupsi, memberantas korupsi, tentu ada bermacam hal yang sifatnya mid-term atau sebuah peristiwa. Tetapi bukan pada soal mid term dan peristiwa-peristiwa di sana-sini itu kita akan ‘menilai’ sebuah rejim, tetapi sekali lagi, pada pemberantasan korupsinya. Tidak yang lain-lainnya.
Tidak hanya kapitalisme yang mampu menerobos batas-batas negara, tetapi juga korupsi. Lihat bagaimana Stiglitz pernah mengatakan bahwa Bank Dunia sebenarnya tahu persis kebocoran pemakaian hutang itu bisa mencapai 30%. Tetapi mereka diam saja, tuh. Artinya korupsi 30% di ‘angka moderat’ itu secara tidak langsung merupakan tindak korupsi yang terdukung oleh kekuatan di luar republik. Tentu asal agenda-agenda mereka tetap dijalankan. Belum lagi jika ditilik korupsi sebenarnya telah menjadi ‘logika utama’ dari tegaknya sebuah rejim. Maunya seolah-olah ‘monarki’ tetapi karena korupsi menjadi ‘napas utama’-nya maka jadilah ‘tirani’ itu. Bukan ‘aristokrasi’ tetapi kemudian membusuk menjadi ‘oligarki’. Bukan ‘demokrasi’ tetapi lihat bagaimana ulah para buzzerRp itu perlahan mendorong rasa ‘mob-rule’. Itulah sebenarnya ‘rejim campuran’ idaman kaum koruptor, atau kalau mau dilebarkan, kaum yang begitu demen dengan apa yang disebut David Harvey sebagai accumulation by dispossession. Dan kembali ‘sifat internasionalisasi’ korupsi-pun seakan mendapatkan ‘momentum’-nya.
Di dalam ‘long-term’-nya korupsi pastilah ada bermacam peristiwa. Misal soal pandemi COVID-19 selama hampir 2 tahun ini. Mungkin ke depan ada peristiwa-peristiwa lainnya, kita belum tahu. Apa yang ingin disampaikan di sini adalah, apapun peristiwa yang terjadi, tetap soal korupsi yang sebaiknya menjadi hal utama dalam menilai sebuah rejim. Ketika ada penilaian bahwa republik sudah berubah menjadi sebuah kleptocracy misalnya, sebenarnya itu juga sedang memberitahukan pada kita si-pembayar pajak bahwa rejim semacam itu sudah tidak punya hak hidup lagi di republik. Sudah terlalu parah. *** (21-10-2021)