16-07-2021
Coba bayangkan ada boneka sudah disuntik kecerdasan dan sekaligus kedunguan buatan. Dan boneka itu dilepas di ranah politik dengan tambahan suntikan paradigma realisme politik pada sayap ekstremnya: politik tanpa etika. Maka jadilah BTPE itu, boneka tak punya etika. Tetapi politik mempunyai pusat gravitasinya sendiri, opini publik. Jadi tidaklah mengherankan biaya untuk merawat boneka jenis ini akan sungguh besar biayanya. Ke-tidak-punya-an etikanya membuat ia selalu rentan tergerus ‘nama baik’-nya. Tetapi mengapa jenis seperti ini kok mau-maunya dirawat sampai terkencing-kencing itu?
Lihat misalnya, bukankah BTPE ini bagi sementara pihak adalah boneka kesayangan? Mengapa? Karena dengan adanya BTPE ini ia menjadi sangat bebas untuk meng-kadrun-kadrun-kan kelompok tertentu, misalnya. Atau bisa dengan entengnya bicara soal radikal-radikul itu. Bebas-se-bebas-bebas-nya. Kapan lagi instinc to exclude itu mendapat kesempatan untuk di-puas-puas-kan-se-puas-puas-nya? Atau yang demen dengan korupsi-ngunthet, kapan lagi bisa korupsi bermacam bantuan bagi orang miskin itu? Atau membuat pelatihan ècèk-ècèk berbiaya triliunan itu? Kapan lagi bisa melebarkan sayap dari bermacam mafia dengan sebebas-bebasnya? Nggarong sana-rampok sini. Mburu rente sampai ke tingkat gila-gilaan. Pat-gu-li-pat, kong-ka-li-kong sampai pada tingkat ‘dewa’? Cari untung gila-gila-an di tengah wabah yang menggila? Kapan lagi?
Lihat bahkan ada seorang menteri bergaya marah-marah itu sampai berujar dengan nuansa rasis. Bisa dijelaskan peristiwa itu hanya berhenti pada dirinya? Tidaklah, ini hanyalah salah satu contoh biaya yang harus ditanggung hidup bersama dengan adanya BTPE itu. Terutama biaya ‘perawatan’-nya itu. Menteri itu, entah alih isu atau sebagai ‘latar-belakang-panggung’ bagi si-BTPE, ia kemudian asal-njeplak saja. Tanpa beban, karena memang ia harus begitu. Apakah si-sutradara akan peduli keretakan hidup bersama akibat ulah keparat menteri itu? Yang nggak-lah, kan politik itu tanpa etika? Demikian keyakinan mereka itu. Lihat setelah ke-kucluk-annya, ditambah ulah menyebalkan dari yang lainnya, si-BTPE kemudian turun bagi-bagi makanan! Sebuah pemandangan indah maunya, dengan latar belakang panggung yang sudah di-‘muram’-kan.
Apa yang kemudian bisa dihayati ketika biaya perawatan bagi si-BTPE ini seakan sudah at-all-cost? Maka kemungkinan besarnya adalah, ada yang begitu sayangnya terhadap boneka jenis ini. Dan hasrat ‘paling puncak’ yang mendorong untuk begitu ‘menyayangi’-mempertahankan BTPE ini adalah hasrat akan kuasa. Soal kedaulatan. Tidak yang lain. Itulah biaya paling besar yang akan dibayar oleh hidup bersama terkait ada dan pecicilan-nya BTPE ini: hilangnya kedaulatan. *** (16-07-2021)