03-06-2021
Tidak peduli apakah benar atau tidak, faktanya isu bulan Agustus depan Trump akan kudeta Biden muncul juga sampai telinga. Tidak peduli pula sudah ada klarifikasi dari sumber pertamanya bahwa dia tidak pernah mengatakan itu. Tetapi fakta pula berita itu telah menelusup di dunia digital baru-baru ini. Dan apapun ketika masuk di dunia ke-3 popperian[1] itu, ia tetaplah hal riil yang akan mempunyai potensi memberikan dampak. Besar, kecil, atau cuma angin sepoi-sepoi. Sepertihalnya dalam dunia asal njeplak itu, jeplakan yang asal-asalan itu kemudian untung-untungan mungkin ada yang terpengaruh. Dan bagai mati satu tumbuh seribu, akan banyak yang antre bersedia untuk asal njeplak itu, entah karena dorongan buta akan gold, glory atau nama baik yang tersandera kasus, atau penghayatan akan God yang sayangnya terus membutakan. Tak peduli dampaknya akan besar, kecil, atau sepoi-sepoi saja, atau bikin neg saja. Di satu sisi memang sudah ada yang mempersiapkan lahan dan komplit memberikan ‘pupuk’ bagi tumbuhnya hama-hama yang disebar itu, bermacam bentuk dan pintu masuknya. Atau kalau ingat skandal Cambridge Analytica dulu itu, bagaimana jika profil psikologis si-penerima pesan sudah ‘dipetakan’ lebih dahulu? Bisa tambah dahsyat. Dalam dunia digital yang semakin ringkas dan cepat ini, hal-hal di atas bisa-bisa merupakan ‘mainan’ yang menggiurkan. Menggiurkan karena daya ungkit itu bisa memberikan outcome-nya dengan tak terbayangkan lagi. Dan semua itu ujungnya adalah tunggal: kuasa.
Bagi si-kanan jauh, pengemban amanat survival of the fittest yang berpendapat bahwa pada dasarnya manusia itu buruk, ugal-ugalan masuk di dunia ke-3 seperti digambarkan di atas adalah alamiah-alamiah saja. Manusia memang aslinya gitu, begitu pikir mereka. Maka yang diperlukan adalah sosok Rambo. Atau kemarin, si D. Trump itu, misalnya. Atau ‘Trump kecil’, Jair Bosonaro, presiden Brasil itu. Ugal-ugalannya tak kalah dengan junjungannya. Terakhir, ketika pandemi masih mewabah dan kegundahan rakyatnya semakin memuncak, ia dengan rombongan motor-nya keliling-keliling bersama sahabat kayak rombongan moge itu. Tanpa masker atau protokol kesehatan lain. Macho abis. Gila abis. Dan itu baru tampak luar dan dekatnya saja, tampak jauhnya, hutan Amazon-pun semakin cepat digunduli, misalnya. Akan tambah berdampak pada pemanasan global? EGP, mungkin itu yang ada di benaknya, persis junjungannya, Trump, yang keluar dari Kesepakatan Paris itu. Pikir dia mungkin, toh jaman batu tidaklah berakhir dengan habisnya batu, demikian jika mengutip Sheik Yamani sekitar 50 tahun lalu itu.
Dan jika kita kembali ke sekitar 50 tahun lalu itu, ada yang menarik dengan peristiwa di tetangga-nya Bolsonaro: Chile, yaitu sebuah operasi CIA dengan sandi ‘Operasi Djakarta’. Operasi menggulingkan Salvador Allende dan diganti dengan Pinochet yang kemudian mengoperasikan jalan neoliberalisme di bawah bimbingan para Chicago Boys itu. Arief Budiman menggambarkan bagaimana nama sandi itu terinspirasi dari peristiwa 1965-1966 di republik. Dan jangan-jangan 5-10 tahun lagi ada ‘Operasi Djakarta’ jilid ke-2 di nun jauh dari republik, terinspirasi bagaimana kegilaan si-kanan jauh itu dioperasikan di republik. Di mana de facto ‘kepala pemerintahan’-nya sama ugal-ugalannya dengan sik Jair itu, sedang ‘kepala negara’-nya sibuk sok-sok-an kritik sana kritik sini, sok marah sana sok marah sini, dan juga sok jengkel, sok kesal, serta sok geram. Macem-macem-lah. Dan tanpa beban. *** (03-06-2021)
[1] https://www.pergerakanke
bangsaan.com/745-Kesewenang-wenangan-Di-Dunia-Ke-3/