22-05-2021
“Ganda ... ganda ... ganda ... ganda ... ganda ...,” demikian kemungkinan seorang calon kelas olok-olok nantinya akan berteriak mantap saat kampanye di depan kerumunan. Yang namanya kerumunan, satu-dua-tiga ‘infiltrat’ kemudian ikut saja teriak kencang: “Ganda ... ganda ...,” maka bergemuruhlah seluruh penonton kampanye ikut tenggelam dalam nuansa olok-olok itu. Tanpa berpikir lagi. Tanpa berpikir lagi bahwa kebocoran anggaran negara karena adanya data ganda penerima bantuan sosial misalnya, itu sungguh penggangsiran yang bukan main-main. Tentu olok-olok, sindir-menyindir dalam politik tidak dilarang, tetapi olok-olok soal adanya kebocoran anggaran negara? Hanya calon yang keranjingan olok-olok dan sangat belum matang dalam ranah politik sajalah akan berolok-olok seakan tanpa batas. Ndèk-ndèk-an, kelas rendahan.
Coba dibayangkan ketika Ibu Pertiwi menderita penyakit kronis, yang seakan sudah seperti kanker mengakar dan menyebar itu: kebocoran anggaran negara, penyakitnya malah sebagai bahan olok-olok. Jika dalam pemilu nantinya ada yang sampai njeplak meng-olok-olok soal kebocoran anggaran, soal penyakit kronis yang lama menggerogoti Ibu Pertiwi, jelas calon itu sebenarnya tidaklah mencintai Ibu Pertiwi. Semestinya ia ikut prihatin bukannya malah mengolok-olok penderitaan Ibu Pertiwi. Apakah jika calon itu terpilih ia akan serius ‘mengobati’ penyakit yang diderita Ibu Pertiwi –mati-matian menambal kebocoran anggaran? Kita patut khawatir nantinya ia tidak akan mampu, bahkan soal mau-pun kita sangat ragu. Bahkan pula kita patut khawatir kedaulatan-pun kalau perlu akan digadaikan pula. Bagaimana tidak, penyakit serius yang mengancam jiwa Ibu Pertiwi itupun dibuatnya sebagai bahan olok-olok.
Maka demi martabat Ibu Pertiwi, jika besok tiba saatnya musim kampanye dan dalam konteks adanya data ganda yang terkait erat dengan potensi kebocoran anggaran negara itu, kemudian ada calon yang teriak mengolok-oloknya: “Ganda ... ganda ... ganda ... ganda ... ganda ...,” maka segeralah teriak dengan lancang: “Bubar ... bubar ... bubar ... bubar ... bubar ...” Untuk mengimbangi kaum ‘infiltrat’ yang akan juga teriak untuk menggiring khalayak ikut-ikutan mengolok-olok penyakit kronisnya Ibu Pertiwi. Menggiring republik terjerumus dalam kebodohan massalnya. *** (22-05-2021)