28-10-2019
Tulisan ini tidak ada hubungannya dengan Prabowo yang sedang jadi Menhan itu, tetapi sekedar sebagai pembanding ketika kemajuan teknologi seakan disikapi kadang terasa sebagai sikap obsesif. Obsesif sendiri dari asal katanya dekat dengan ‘absolut’, maka jika tidak hati-hati justru akan mempersempit cara pandang. Bagi pengambil kebijakan ini bisa berakibat kurang baik bagi hidup bersama. Belajar dari Prof Sumitro dalam konteks ini adalah belajar melalui salah dua tulisannya (Prisma, No. 1, Februari 1975, dan Prisma No. 6, Desember 1975) yang ada dalam buku Teknologi dan Dampak Kebudayaannya (Vol. 1), dengan editor Y.B. Mangunwijaya (YOI, 1987).
Ketika Prof. Sumitro menulis di Prisma tahun 1975, jelas mesin pencari Google belumlah ada, tetapi sekarang paling tidak ada sekitar 5 milyar per harinya manusia-manusia di planet ini melakukan pencarian di Google. Itu data 7 tahun lalu. Tahun depan data yang tersimpan diprediksi mencapai 35 zettabytes (1 zettabytes = 1.048.576 petabytes. 1 petabytes = 1.024 terabytes), meningkat gila-gila-an dari tahun 2000 yang ada disekitar 800.000 petabytes. Tetapi meski begitu, pembedaan Prof. Sumitro mengenai adaptive technology, advanced technology, dan protective technology kiranya perlu dihayati terutama oleh si-pembuat kebijakan. “Program kebijaksanaan riset jangka pendek maupun jangka panjang mengandung suatu tugas berat bagi masyarakat tenaga ilmuwan umumnya dan tenaga peneliti khususnya. Ini merupakan tantangan untuk mengembangkan sifat dan jenis teknologi yang diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah pokok di masa datang. Masyarakat kita membutuhkan ketiga jenis teknologi, yaitu teknologi maju, teknologi yang bersifat adaptif dan teknologi yang bersifat protektif,” demikian Sumitro menulis.
Menurut Prof. Sumitro, dalam banyak hal teknologi yang berasal dari negara-negara maju masih harus digarap dan disesuaikan sesuai kondisi masyarakat kita, agar dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah-masalah konkrit seperti pangan, pemukiman, pemeliharaan tanah, perkembangan industri. Ukuran-ukuran utama untuk proses adaptasi dalam pengembangan teknologi kita agar lebih cocok dengan pertimbangan penyerapan tenaga kerja, penggunaan bahan dalam negeri, dan juga terkait dengan neraca pembayaran luar negeri. Juga termasuk pengembangan bibit unggul untuk pangan maupun bahan perdagangan dan bahan bangunan. Juga teknologi pasca panen misalnya, demikian Prof. Sumitro.
Sedangkan pengembangan teknologi yang bersifat protektif adalah untuk memelihara, melindungi dan mengamankan ekologi dan lingkungan hidup bagi masa depan.
Selamat Hari Sumpah Pemuda! *** (28-10-2019)
Bacaan Utama:
Y.B. Mangunwijaya (ed), Teknologi dan Dampak Kebudayaannya, Vol. 1, Yayasan Obor Indonesia, 1987, cet-2, hlm. 1-5