www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

11-09-2019

Ada baiknya tanggal 20 Oktober besok, dan untuk tahun-tahun selanjutnya –paling tidak 5 tahun ke depan, bagaimana jika kita tetapkan sebagai Hari Ngibul Nasional? Di tanggal itu maka semua saja, dari Presiden, ketua partai, sampai dengan rakyat biasa boleh ngibul sepuas-puasnya. Boleh ngibul, omong kosong, nggedebus sak kemeng-é, sak-pol-pol-é, tidak ada yang akan marah, tidak ada yang akan nyinyir atau bahkan kemudian menghina. Apakah di luar tanggal 20 Oktober masih boleh ngibul? Tentu, tentu masih boleh, tetapi yang harus diingat, jika kualitas atau juga posisi seorang pemimpin itu ibaratnya sebuah anak tangga, maka pada yang ada di tangga paling bawah mungkin tidak hanya bulan Oktober boleh ngibul sepuasnya, ia juga bisa ngibul pada tanggal 20 di setiap bulannya. Tetapi tidak tiap hari, lha namanya juga pemimpin meski level terbawah. Bagi yang ada di tangga kepemimpinan bagian tengah, mungkin tidak setiap bulan, katakanlah dua bulan sekali atau bulan genap pada tanggal 20 ia bisa ngibul sepuasnya. Tetapi bagi pemimpin yang ada di puncak tangga, tanggal 20 Oktober, dan hanya tanggal itu, ia boleh ngibul sepuas-puasnya. Jadi kalau ia memimpin selama 5 tahun pada dasarnya ia hanya boleh ngibul selama 5 kali saja, dan itu tanggalnya pasti, 20 Oktober. Lha kalau terlalu sering, bahkan hampir bisa dikatakan setiap minggu ngibul? Ya jelas dia bukan seorang pemimpin, bahkan pemimpin level terbawah-pun. Istilah Rizal Ramli, KW3 bahkan KW4.

Mengapa pemimpin tertinggi itu sebaiknya ngibul hanya pada tanggal 20 Oktober, pas di Hari Ngibul Nasional itu saja? Karena ia ibaratya adalah sebuah mercusuar tertinggi. Bayangkan jika terlalu sering lampu mercusuar tertinggi itu glécénan, tidak serius, atau ngibul terlalu sering. Akan banyak kapal-kapal menjadi kebingungan, tersesat, dan bahkan saling tabrak. Bisa-bisa kapal dengan modal kuat-lah yang selamat, modal kuat dalam melengkapi diri dengan sistem navigasi paling canggih.

Ketika sedang membicarakan Hari Ngibul Nasional ini termasuk film ‘wajib tonton’-nya, bisik-bisik ada yang berusaha usul: bagaimana dengan Ha-cur-nas? Hari Curang Nasional? Sulit sekali untuk menentukan tanggal tepatnya yang bisa dengan mudah di terima oleh khalayak, sangat berbeda dengan penetapan tanggal-bulan Hari Ngibul Nasional itu, yang begitu diusulkan 20 Oktober maka langsung disepakati. Sebagian alasannya, supaya peringatan Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober dan Hari Pahlawan 10 November itu sudah ‘bersih’ dari segala per-kibul-an. Supaya sudah bersih dari pidato-pidato yang isinya hampir seratus persen ngibul itu karena sudah habis dan habis-habisan di 20 Oktober. Lalu bagaimana dengan Ha-cur-nas itu? Bukan tanggal yang kemudian cepat terus disepakati oleh khalayak, tetapi lembaga yang dimintai tolong untuk penetapan tanggalnya itulah yang langsung disepakati. Tanpa banyak perdebatan lagi. Dan lembaga-lembaga yang dimaksudkan itu adalah KPU, Bawaslu, dan Mahkamah Konstitusi. Yang tidak banyak perdebatan lagi sebenarnya ada juga selain lembaga-lembaga itu, yaitu film dokumenter saat sidang MK soal pilpres sebagai (salah satu) ‘tontonan-wajib’-nya. *** (11-09-2019)

20 Oktober, Hari Ngibul Nasional

gallery/ngibul kaos
gallery/mukidi