28-08-2019
Bagian II: Selasa Malam [i]
Selasa malam saya bermimpi lagi, mimpi lanjutan menjadi oligark. Menjadi oligark semestinya sejajar dengan para bangsawan itu, dengan para aristokrat. Dan menjadi bagian dari aristokrat, bahkan bisa-bisa yang dominan. Maka dalam mimpi saya menjadi semakin tidak heran bahwa para oligark ini dalam dirinya sudah mengandaikan ada kebutuhan akan adanya sang-raja. Raja yang terpaksa harus disembah karena ia memberikan perlindungan terhadap para oligark ini. Para oligark bebas mengeruk kekayaan dan kuasa, tetapi ia tidak akan melampaui sang raja sebagai sang-pelindung, dan pastilah juga selalu setor upeti. Bukan berarti seratus persen kebutuhan ada di oligark, sang raja-pun juga membutuhkan kaum oligark ini karena kadang di tangan kaum oligark inilah banyak ketrampilan praktis yang mana sang-raja terlalu jauh untuk menjangkaunya. Bahkan kadang sang-rajalah yang melahirkan kaum oligark itu. Sejarah mencatat ketika kaum oligark menjadi ugal-ugalan dan pongah seperti misalnya di bekas negeri Tirai Besi sana bertahun lalu maka ujungnya adalah ‘penertiban’, ditertibkanlah mereka dengan jalan jitu oleh sang mantan telik sandi. Dan si-oligark takluk juga akhirnya. Nampaknya ia belum berhasil menjalin hubungan erat dengan sang-raja di seberang barat lautan sana. Sang raja yang juga lawan utama dalam dinginnya perang melawan si Tirai Besi di masa lalu.
Ketergantungan oligark pada sang raja begitu besarnya karena kebanyakan upaya menumpuk harta lebih banyak menggunakan jalur kekuasaan. Yang lain naik keledai, ia para oligark itu ngebut ugal-ugalan naik Leviathan. Dan sang raja tahu persis akan hal itu. Meski tidak seimbang tetaplah take and give. Ketika raja wafat dan penggantinya cenderung plonga-plongo, maka banyak yang mengira akan terjadi perebutan pengaruh dari kaum oligark itu. Tetapi nyatanya tidak, atau paling tidak ‘ketegangan’ antar mereka tidak/belumlah nampak. Mengapa? Karena raja yang plonga-plongo itu adalah juga hasil kesepakatan kaum oligark, jadi aslinya ya cuma raja-raja-an, mirip seperti hikayat The Last Emperor itu. Lalu bagaimana soal kebutuhan oligark tentang perlindungan dari sang-raja? Tetaplah kaum oligark ini membutuhkan sang-pelindung, dan itu adalah rajanya raja-raja yang ada di seberang lautan. Akhirnya perlahan semakin nampak, ternyata sebagian oligark meminta perlindungan dari yang mereka sebut sebagai ‘ayah kandung’ – yang ada di seberang utara lautan, dan sebagian lagi pada raja yang ada di seberang barat lautan. Keterbelahan sebagai sisa-sisa bablasan Perang Dingin. Dan sebagian (kecil) lagi seakan seperti ronin, dan tentu juga yang seperti ini agak rentan sifatnya.
Tetapi karena sang-raja yang ada di seberang utara lautan dan sang-raja yang di seberang barat lautan itu kadang dan bahkan sedang bersaing sengit, maka imbasnya-pun dapat menjadi panas dinginnya suasana kaum oligark. Jika yang satu menambahkan sumber daya telik sandi sejumlah x misalnya maka dapat dipastikan satunya lagi akan berbuat serupa. Repotnya, ketika yang satu minta sebuah pulau, maka satunya lagi-pun akan minta sebuah pulau juga. Repot memang dan bisa-bisa mimpi saya menjadi mimpi buruk, bahkan mimpi terburuk. Di tengah-tengah awal mulainya mimpi buruk itu, tiba-tiba saja saya terbangun karena ingin kencing. Dan perut terasa mual karena ingin muntah. *** (28-08-2019)
[i] Mimpi Senin Malam: https://www.pergerakankebangsaan.com
/366-Saya-Bermimpi-Jadi-Oligark/