27-05-2019
Pandangan Sandi soal pendidikan mengambil salah satu contoh gelar pendidikan dasar di Finlandia, yang sangat lekat dengan paradigma proses. Pandangan Sandiaga Uno sebagai cawapres soal pendidikan ini adalah menarik. Menarik bagi kita sebagai bangsa, tetapi jelas tidak bagi yang ingin menguasai republik. Menguasai melalui jalan dinamika Empire, atau tepatnya, membonceng dinamika Empire-nya Antonio Negri dan Michael Hardt.
Salah satu pondasi Empire-nya Negri dan Hardt adalah ‘permanent state of emergency’. Dalam situasi state of emergency, legitimasi bukan berasal dari proses tetapi hasil atau output. Proses yang mungkin saja akan melibatkan bermacam undang-undang, hukum, dan bahkan etika, dan itu semua ditangguhkan atau di-suspend karena situasi sedang dalam keadaan ‘emergency’.
Pondasi lain dari Empire, dimana ada pergeseran dari ‘imperialis’ ke ‘imperial’ adalah kontrol. Jika lapangan kontrol itu dibayangkan sebagai kontrol atas/melalui ‘soft-power’ dan ‘hard-power’, pendidikan akan menjadi penting dalam kontrol di ranah soft-power. Atau dalam term gramscian mungkin dekat dengan war of position.
Standarisasi mutu pendidikan melalui penilaian output adalah merupakan salah satu cara yang jamak dilakukan. Masalahnya adalah bagaimana itu dihayati. Sama-sama melihat Gunung Merapi, lain orang akan lain pula penghayatannya. Akan berbeda juga jika dilihat dari dua paradigma, paradigma proses dan paradigma output.
Sekitar awal tahun 1970-an, Koentjaraningrat menulis soal mentalitas suka menerabas, dan sayangnya hampir 50 tahun kemudian keprihatinan Koentjaraningrat ini masihlah terasa sekali denyutnya. Paradigma output dalam pendidikan ini jika tidak hati-hati akan mudah terpeleset dalam mentalitas suka menerabas ini. Dan mentalitas suka menerabas inilah salah satu mentalitas yang paling disukai oleh yang pegang power dalam ranah ‘state of emergency’. Semua aturan, hukum, etika jika perlu akan diterabas karena yang penting adalah hasil. Ketika radikalisme menjadi kayu bakar state of emergency, dan ketika ada kerumunan dan kemudian dikategorikan sebagai kerumunan kaum radikal maka asal kerumunan itu bubar maka seluruh tindakan akan menjadi legitimate. Apapun itu prosesnya.
Ketika operasional Empire itu memerlukan kondisi politis, teknis, dan sosial, mentalitas suka menerabas dan segala upaya untuk terus ‘membina’ mentalitas ini adalah salah satu upaya bagaimana kondisi sosial dipersiapkan demi lancarnya operasi-operasi. *** (27-05-2019)