23-01-2019
Episode ke-5 serial 2019: The Year That Made Us bercerita tentang bertemunya gerak-geser kekuatan yang mengarah pada kekuatan pengetahuan dan unintended machiavellian effect, seperti sudah tayang di episode ke-2. Pertemuan itu akhirnya membentuk puncak gelombang: konsistensi. Konsistensi adalah salah satu pondasi ilmu pengetahuan, demikian pengantar awal episode. Dan seorang pemimpin yang akan membawa yang dipimpinnya untuk mampu menghadapi pergeseran itu adalah pemimpin yang tidak lepas dari bayang-bayang jamannya. Atau bahkan jaman yang akan diantisipasinya. Dan itu sekarang berarti bahwa bayang-bayang era pengetahuan-pun semestinya akan lekat erat dalam diri seorang pemimpin.
Bukan berarti seorang pemimpin harus seorang cendekiawan atau yang menyandang bermacam gelar akademik. Bukan, bukan itu, tetapi adalah paham betul batu-pondasi pengetahuan, dan itu salah satunya adalah konsistensi. Salah satu bentuk konsistensi yang akan mudah dihayati oleh kebanyakan orang adalah satunya kata dan tindakan. Memang dengan intervensi kekuatan media dalam melakukan spin, manipulasi, pembingkaian dan sejenisnya, inkonsistensi bisa dikaburkan sedemikian rupa. Tetapi benar juga pepatah Jawa: becik ketitik olo ketoro, pada saatnya inkonsistensi itu juga akan terkuak-terbuka juga oleh kekuatan pengetahuan. Maka tidak mengherankan pula pada episode ke-5 ini ditayangkan pula bagaimana ‘gerakan nagih janji’ itu semakin besar dan makin membesar terus. Tiba-tiba saja sosok yang begitu dipuja karena janji-janji yang begitu meyakinkan dan membuai lima tahun lalu itu, nampak dlongap-dlongop ketika rakyat kebanyakan menggelar berbagai janji yang diingkarinya persis di depan wajahnya. Itulah episode ke-5 dan terakhir: ‘Menolak Ditipu (Lagi)’. *** (23-01-2019)