15-12-2018
13 Desember 2018 agak ramai dengan pemberitaan terkait dengan OTT-nya Bupati Cianjur, Jawa Barat. Diberitakan juga bagaimana sopir angkot di Cianjur menggratiskan tarif bagi penumpangnya tepat di hari Irvan Rivano Muchtar terciduk Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK. Sebuah kertas bertuliskan “NAIK ANGKOT GRATIS HARI INI #BONUS OTT KPK” tertempel di pintu sebuah angkot.[i] Tidak hanya sopir angkot, khalayak banyak-pun banyak yang meluapkan kegembiraannya di alun-alun kota dan balaikota. Kegirangan sebagian masyarakat Cianjur terhadap OTT bupatinya itu mungkin barulah puncak gunung es, artinya mungkin saja masih banyak lagi yang ikut merasakan kegembiraan itu. Apa yang bisa kita pelajari dari ‘tanda-tanda jaman’ ini?
Tidak perlu sekolah tinggi untuk bisa merasakan sebuah ‘rasa ke-tidak-adil-an’. Mungkin memang masih banyak yang masih gagap untuk mengungkap dalam kata ‘rasa ke-tidak-adil-an’ ini, apalagi untuk menelisik lebih jauh mengapa atau sebab-sebab ke-tidak-adil-an ini mewujud di depannya. Di sinilah mungkin kita bisa melihat ‘butterfly effect’ dari Aksi 212, dan tentunya reuninya beberapa waktu lalu. Banyak yang ikut, melihat dari tayangan TV One, berita dari media on-line, atau dengar dari kawan yang ikut ke Jakarta, dan ini semua sadar-atau-tidak-sadar akan memperkaya perspektif atau horison ketika ‘rasa ke-tidak-adil-an’ ini terus mendesak untuk diungkapkan. Bagai sebuah melodi, ketika nada OTT itu sampai di telinga, tiba-tiba saja sebuah antisipasi muncul: merayakan bersama OTT itu! *** (15-12-2018)
[i] http://www.tribunnews.com/nasional/2018/12/13/bupatinya-ditangkap-kpk-supir-angkot-di-cianjur-adakan-syukuran
https://news.detik.com/berita/4344294/ott-bupati-cianjur-warga-tumpah-ruah-panjatkan-syukur
https://news.detik.com/berita/4344294/ott-bupati-cianjur-warga-tumpah-ruah-panjatkan-syukur