17-7-2018
Ignasius Loyola (1491-1556), pendiri ordo Jesuit memperkenalkan laku ‘agere contra’. Agere contra merupakan ‘pendekatan’ terhadap hasrat apa adanya, tanpa ada pengingkaran. Hasrat diterima sebagai fakta adanya manusia. Masalahnya, bagaimana mengendalikan gejolak hasrat itu? Agere contra mendekati pengendalian hasrat dengan cara melawannya dengan hasrat lain, hasrat vs hasrat.
Sebagai imam Katolik, para Jesuit juga selibat –tidak menikah. Lalu bagaimana dengan hasrat seksual yang terus bergejolak? Selain selibat, mereka juga punya janji/kaul kemiskinan. Bagaimana dengan hasrat akan kekayaan? Atau segala hasrat yang berasal –mengikuti tripartit jiwanya Platon, dari bawah pusar? Bagaimana dengan hasrat-hasrat yang bersumber dari bawah pusar itu jika dilawan dengan hasrat yang bersumber dari kepala dan dada? Epithumeia vs nous logistikon dan thumos. Untuk hampir semua anggota Jesuit, bisa tuh. Tentu ini baru sebagian laku, tetapi sebagai bahan pelajaran untuk pemahaman tetap bisa bermanfaat. Laku lain misalnya, laku kesetiaan/loyalitas. Kesetiaan yang digambarkan sebagai ‘sebuah tongkat di tangan orang buta’. Dan bagaimana-pun, kesetiaan itu adalah juga hasrat. Dan ketika kesetiaan itu terbukti total terjalankan, dan ada rasa bangga terhadapnya, kebanggaan itu-pun juga sebuah hasrat.
“Desire is the actual essence of man,” demikian Spinoza dalam Ethics menandaskan, sekitar satu abad setelah Loyola meninggal. Pada Bagian IV Ethics, Spinoza juga menandaskan: “An emotion can only be controlled or destroyed by another emotion contrary thereto, and with more power for controlling emotion.” Apa yang ditandaskan Spinoza kiranya tidak jauh dari laku yang diajarkan Loyola seperti disebut dalam awal tulisan. Lepas apakah ada inspirasi dari Loyola atau tidak, Spinoza dapat membantu kita untuk memahami beberapa hal. Contoh, jawaban tim SAR pada Ratna Sarumpaet soal pengangkatan korban tenggelam di danau Toba beberapa waktu lalu yang suruh Ratna nyelam sendiri ke dasar Toba. Atau banyak ungkapan lain dari para pembantu Presiden yang begitu ‘menohok telak’ rakyat.[i] Jelas, kata-kata ‘menohok-telak’ yang sungguh tak bermutu itu semata ditujukan untuk fungsi kontrol, dan tidak lainnya. *** (17-7-2018)