22-12-2022
Dalam konotasi negatifnya, apa beda dan persamaannya antara ringan tangan dan ringan mulut? Atau bagaimana kita ‘menghayati’ soal ringan mulut? Jangan-jangan ringan mulut ini adalah puncak dari apa-apa yang disebut Koentjaraningrat sebagai (1) sifat mentalitas yang meremehkan mutu, (2) sifat mentalitas yang suka menerabas, (3) sifat tak percaya kepada diri sendiri, (4) sifat tak berdisiplin murni, dan (5) sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh.[1] ‘Potret buram’ dari Koentjaraningrat hampir 50 tahun lalu! Ataukah kita masih saja ‘menyalahkan’ para penjajah terkait dengan hal-hal di atas? Jika itu salahnya penjajahan, lalu ngapain saja kita selama ini ketika sudah di seberang jembatan emas berpuluh tahun lamanya?
Orang dengan ‘berat mulut’ belum pasti juga ia tidak punya watak curang, mungkin saja ia lebih pada ‘curang kerah putih’. ‘Kejahatan logika’-nya lebih kental. Tetapi pada yang ‘ringan mulut’, kiranya tak berlebihan jika kita curiga bahwa iapun akan berwatak curang juga. Watak curang yang bahkan sudah tidak disamar-samarkan lagi. Tanpa beban. Ringan mulut kadang akan terhayati oleh kebanyakan orang sebagai asal njeplak, asal mangap. Bagaimana jika para pejabat publik itu juga demen dengan ringan mulut ini? Di ranah olah kuasa? Mungkinkah ringan mulut ini begitu mudahnya keluar dengan tanpa beban karena ada asumsi bahwa publik di hadapannya adalah bodoh semua. Mungkin saja mereka yang ringan mulut itu begitu yakin bahwa ‘logika waktu pendek’-lah yang akan menyelesaikan. Ringan mulut akan membantu supaya cepat-cepat saja 'ejakulasi dini'. Ataukah mereka-mereka yang ringan mulut itu sudah merasa sebagai ‘kaum bangsawan’ yang mempunyai banyak keistimewaan? Termasuk hak untuk asal njeplak, asal mangap? Tetapi apapun itu, jika ringan mulut itu adalah juga suatu penyakit, maka sebaiknya juga dicari underlying disease-nya, dan jangan-jangan itu adalah watak curang yang sudah sungguh kronis. ‘Stunting’, defisit kehormatan yang sudah juga kronis. *** (22-12-2022)
[1] Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, PT Gramedia, 1985, cet.12, hlm. 45