13-12-2022
Dalam hegemoni ‘industri’ alih-isu, pejabat republik jika sudah sampai pada ‘giliran’-nya harus bisa siap grak dalam posisi sempurna, dan berseru dengan lantangnya : “Siap Konyol Ndan!” Mengapa ‘industri’ alih isu ini bisa begitu ‘mbalung-sumsum’-nya? Nampak-nampaknya karena begitu mbèlgèdès-nya ‘sesuatu’ sehingga tidak mungkin lagi alih isu hanya timbul-tenggelam saja, hanya warungan saja, tetapi harus ditopang sebagai sebuah industri. Dan dipuncak rantai industri itu, pemegang modal sosial tinggi, bahkan tertinggi harus siap berseru : “Siap Konyol Ndan!” Tak jauh dari jaman old sebenarnya, ‘axis-mundi’ ro-din-da-nya kekuasaan adalah pemusatan kekuasaan, dengan pilar utamanya adalah kekuatan kekerasan. Tidak yang lain. Dongengnya tak jauh berbeda. Dongeng yang sedang diupayakan realisasinya. Yang membuat perbedaan adalah jaman now modus komunikasi mass-to-mass via jaringan internet itu sudah sedemikian berkembangnya. Sosial-media, 50 tahun lalu belum terbayangkan. Orang lain untuk tahu sentimen lainnya menjadi begitu mudahnya. Menurut Noam Chomsky, ini salah satu kondisi-obyektif yang akan menggerogoti status-quo. Dan bagi penggemar status-quo, ini perlu ‘dikelola’, salah satunya ya melalui ‘industri’ alih isu itu. Atau bisa dibaca sedikit terbalik, jika alih-isu seakan nggak ada habis-habisnya, maka sebenarnya kekuatan kekerasan itu belumlah 100% di tangan. Masih sedang terus dikejar momentumnya.[1] Atau kita bisa bertanya, seberapa besar kekuatan di belakang sehingga seakan dari yang tertinggi, tinggi, menengah itu pada titik tertentu jika sudah sampai pada ‘giliran’-nya harus siap berseru dengan lantangnya : “Siapa Konyol Ndan”! Kucluk-lah *** (13-12-2022)
[1] https://www.pergerakankebangsa
an.com/1050-Membeli-Waktu/