05-10-2022
Bermacam dimensi manusia dipotret melalui bermacam ‘penamaan’ dengan argumentasi-argumentasi ketat, salah satunya adalah manusia sebagai si-homo ludens. Yang tidak bisa dilepaskan dengan bermain. Bahkan sejak masih bayi. Maka tidak mengherankan manusia sampai tua-pun menyukai bermacam permainan.
Dan untung pula bagi manusia dengan adanya bermacam permainan itu, sebab jika Nietsczhe benar bahwa kuasa akan selalu membayang lekat pada diri manusia, bermacam permainan itu bisa untuk mengurangi ‘tensi’ hidup bersama. Kompetisi bermacam bentuk olah raga bisa menjadi salah satu jalan penting ‘pelampiasan’ dari sumpeknya hidup sehari-hari yang baik secara langsung atau tidak, disetir oleh gejolak kuasa. Benturan hasrat vs hasrat, atau beban diri untuk mampu mengendalikan hasrat menjadi berkurang karena ada bagian hasrat, terlebih yang ada di ‘pusat’ –hasrat akan kuasa, yang sebagian kemudian disalurkan pada ‘hasrat kuasa’ dalam kompetisi olah raga.
Maka kompetisi olah raga, apapun itu dan terlebih yang populer di masyarakat -dekat hidup di sekitar kita, mempunyai peran yang sungguh penting dalam hidup bersama. Gagal membangun kompetisi yang sehat, dan dengan itu kemudian menjadi tidak menarik banyak minat di kalangan masyarakat, maka ‘tensi’ olah kuasa dalam masyarakat-pun akan terus saja mendekat pada ‘batas ledakan’-nya. Apalagi jika tidak hanya gagal, tetapi memakai bermacam kompetisi olah raga itu untuk kepentingan kuasa. Semakin remuk saja.
Hasil akhir sebuah kompetisi tentu akan menjadi bagian penting, tetapi yang terpenting adalah proses-nya. Jika prosesnya berlangsung baik, fair, maka kalah-menang akan diterima dengan lapang, karena berharap musim kompetisi depan akan lebih baik. Lihat misalnya, dalam jeda kompetisi, soal transfer pemain-pun menjadi ‘tontonan’ menarik sendiri. Hanya pemimpin dengan kapasitas di bawah standar yang tidak memahami soal ini. Carut-marut soal bermacam kompetisi olah raga, terutama dalam proses panjangnya, menunjukkan bagaimana seorang pemimpin tidak paham potensi gelap kuasa, yaitu ketika kuasa menjadi tak terkendali. Inilah salah satu catatan penting bagi calon presiden ke depan: jangan ulangi kesalahan-kesalahan para pendahulu! *** (05-10-2022)