www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

29-09-2022

Kerumunan di ranah pasar bisa berarti cuan. Kerumunan di ranah masyarakat sipil bisa berarti power. Kerumunan di ranah negara? Di ranah negara nampaknya harus dibedakan, seperti sudah disinggung Machiavelli: anda sedang merebut kuasa atau sudah memegang kuasa? Karena nampaknya Machiavelli sedang mengingatkan bahwa soal merebut kuasa dan menggunakan kuasa itu bisa lain urusannya. Merebut ‘hegemonia’ bisa sangat berbeda ketika hegemonia itu sudah berubah menjadi arche. Sekali arche di tangan maka salah satu kesibukannya adalah ‘merawat hirarki’.[1] Kerumunan dalam konteks ‘merebut hegemonia’ tentu bisa sangat berbeda denyutnya ketika ia di ranah ‘perawatan hirarki’.

Abad 20 memberikan pelajaran berharga pada kita bagaimana ‘kecanduan’ kerumunan di ranah ‘perawatan hirarki’ itu bisa-bisa berujung pada kelamnya sejarah. Apalagi abad 20 bisa dikatakan adalah puncak dari segala modus komunikasi man-to-mass, seperti surat kabar dan barang cetakan lain, radio, film, dan televisi. Penguat suara yang sudah sedemikian berkembang-pun sangat berperan ketika ‘kecanduan’ kerumunan itu ‘jumpa-darat’. Ketika sang-man berdiri di atas podium bicara di depan mega-kerumunannya, di depan mass. Apalagi menurut Walter J. Ong, suara akan lebih mempersatukan dibanding modus melihat.

Maka sangat mungkin akan terjadi, katakanlah, dialektika antara man dan mass. Layaknya dialektika tuan dan budak itu. Maunya adalah untuk ‘perawatan hirarki’ di mana ia adalah si-tuan yang ada di puncak, tetapi pada saat-saat tertentu yang terjadi adalah justru si-kerumunan itu kemudian menjadi tuan-nya. Kerumunan kemudian seakan menjadi ‘pengasuh’ utama dari sang-pemimpin. Kerumunan kemudian seakan menjadi ‘syarat mutlak’ mengapa ia menjadi seorang pemimpin. Ketika kerumunan itu dihayati sebagai yang punya power, maka bisa-bisa si-pemimpin kemudian berubah menjadi budak-kuasa.

Di masa semakin intensif-nya ‘the society of the spectacle’ menurut Guy Debord itu, tetaplah soal ‘dialektika pemimpin dan kerumunan’-nya perlu diperhatikan, terlebih di ranah ‘perawatan hirarki’ ini. Aksi-aksi tertentu, ‘drama-drama tertentu’ dengan latar belakang kerumunan tetaplah pada dasarnya tidak jauh berbeda dari yang terjadi di abad 20 seperti di atas. Yang ujung-ujungnya sangat dimungkinkan justru si-pemimpin akhirnya berubah menjadi budak-kuasa. Dan sejarah kelam-lah yang akan terus membayang. Ketika kuasa kemudian memperbudak maka apa saja akan dilakukan demi kuasa. At-all-cost. *** (29-09-2022)

 

[1] https://www.pergerakanke

bangsaan.com/034-Dari-Hegemonia-ke-Arche/

Kecanduan Kerumunan