www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

03-09-2022

Logika waktu pendek’, atau iklan-iklan yang disinggung Baudrillard seperti dikutip di Bag. (1), bagaimanapun berkembangnya itu didorong oleh hasrat akan untung atau profit. Bagaimana soal produksi kekayaan kemudian berkembang. Bagaimana kapitalisme itu berkembang dan mendorong konsumerisme sampai pada tingkat yang tak terbayangkan sebelumnya. Masalah muncul dalam dunia politik ketika ia seperti dikatakan oleh Cardoso, bisa berkembang dan jatuh pada sekedar berebut ‘pakta dominasi sekunder’. Sebab ‘pakta dominasi primer’-nya tetaplah ada dalam segala denyut-berkembangnya kapitalisme, atau dinamika dari relasi-relasi kekuatan produksi. ‘Tehnik’ politik-pun kemudian banyak ‘disesuaikan’ dengan denyut dunia ‘basis’. Rasa-rasanya sulit untuk ‘lolos’ dari ‘perangkap’ atau terkaman gejolak dinamika ‘basis’ ini. Karena bagaimanapun –kongkret, kekuatan uang itu pada titik tertentu akan menjelma menjadi kekuatan di ranah politik pula. Di ranah kuasa. Machiavelli menumpuk harta, kata B. Herry Priyono. Atau paling tidak mereka, kekuatan uang, akan tiada henti untuk mencari celahnya. Bahkan kalau perlu dengan penuh kesabaran. Sangat licin. Sangat licik. Penuh perhitungan.

Bagi kaum ‘over-deterministik’, tiada jalan lain: ‘basis’ harus dikelola dengan ‘tangan besi’ biar tidak ugal-ugalan. Harus diruntuhkan-dirombak total biar ‘kekuatan uang’ itu tidak terus semau-maunya. ‘Sama-rasa-sama-rata’, begitu kata-kata propagandanya. ‘Dunia fantasi’ yang sudah menyihir beratus-ratus juta manusia, dengan korban manusia juga sangat tidak sedikit. Tetapi apakah ‘dunia fantasi’ itu hanya milik para demagog ‘sama-rasa-sama-rata’ itu? Di ujung bandul lain, ‘dunia fantasi’ itu akan  ber-propaganda tentang ‘pasar-swatata’, atau self-regulating market itu. Sama-sama ‘over-deterministik’ sebenarnya. Dan atas nama ‘pasar’ itu jugalah jutaan nyawa korban manusia juga bergelimpangan. Ada ‘ultra-maximal-state’, dan ternyata ada juga imajinasi ‘ultra-minimal-state’.

Apakah kemudian ‘solusi’-nya adalah ‘jalan tengah’? Nampaknya itu adalah kesimpulan tergesa-gesa. Ada pesan ‘tersembunyi’ diantara kedua ‘ultra’ itu, dan itu adalah soal ‘keutamaan’. Keutamaan keberanian sering dilawankan dengan kepengecutan misalnya, tetapi ber-keutamaan keberanian itu bukan berarti juga ‘waton suloyo’. Dan kemudian mendapatkan tepuk tangan meriah. Tetap saja keberanian menjadi keutamaan itu juga melibatkan hal timbang-menimbang. Pelaku bom bunuh diri misalnya, yang berdampak pada hilangnya nyawa orang-orang tak tahu apa-apa –sedang pulang kerja dan ingin segera bertemu anak-anak di rumah misalnya, apakah orang itu –pelaku bom bunuh diri, adalah si-pemberani? Menghayati keutamaan itu lebih dari sekedar ‘jalan tengah’. Tetapi adalah soal menempatkan kemampuan khas manusia di pusat gravitasi, kemampuan dalam hal timbang-menimbang, prudence. Tetapi meski soal timbang-menimbang ini adalah khas manusia, manusia adalah juga ‘timbunan’ segala hasrat. Berita-berita akhir-akhir ini di republik adalah ‘pelajaran’ penting bagi kita soal hasrat itu. Dari segala hasrat perut ke bawah, uang dan sex serta bermacam kenikmatan yang diperoleh dari baju-baju mahal misalnya, tas-tas mahal, dan banyak  lagi, sampai dengan laku sok-sok-an seperti yang paling nasionalis sendiri. Bermacam penampakan bablasan hasrat yang sungguh telanjang. Termasuk dalam hal ini, terutama, hasrat akan kuasa.

Maka kualitas diri –dalam konteks tulisan ini: ranah negara, adalah ‘syarat mutlak’ tetapi itu belumlah cukup. Untuk mencukupi  perlu ada pengendalian hasrat melalui rute hasrat vs hasrat seperti sudah disinggung dalam tulisan-tulisan terdahulu. Sejelek-jeleknya ranah demokrasi, ia lebih bisa diandalkan dalam pengembangan rute hasrat vs hasrat ini dibanding bentuk rejim lainnya. Maka antara aktor dan sistem itu bukanlah pilihan, tetapi soal ‘syarat mutlak’ dan ’syarat mencukupi’. Terlebih jika membayangkan hidup bersama dapat dibedakan antara negara, pasar, dan masyarakat sipil. Karena negara adalah ranah dimana ia mempunyai hak monopoli penggunaan kekerasan. Juga menarik pajak, membuat perundangan, dan lain-lainnya. Bahkan menyatakan perang atau tidak, juga menetapkan situasi kedaruratan tertentu. Maka tidak main-main, dan sangat riskan jika berangkat dari pemikiran: pilih  sistemnya atau orangnya? *** (03-09-2022)

Kelas Penipu Dalam Revolusi Informasi (2)