www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

03-04-2022

Dalam ranah kuasa, ‘spiral kebusukan’ akan diprovokasi oleh kondisi ‘terlalu busuk’. Ranah kuasa tentu tidak akan steril dengan hal-hal busuk. Tetapi dengan kapasitas manusiawinya, manusia kiranya banyak yang masih mampu mengelola bermacam hal busuk itu sebagai bagian dari kehidupan. Tanpa kerusakan berarti bagi ‘habitat’-nya. Hampir 400 tahun lalu Thomas Hobbes sudah mengingatkan dalam Leviathan, bahwa hasrat manusia akan kuasa yang dibawanya sampai mati itu, bisa-bisa tidak hanya soal ‘menumpuk harta’, tetapi juga soal ‘mengamankan’ hasil tumpukan harta itu. Dalam perkembangannya, ‘perangkap kuasa’ model di atas diberikan ‘jalan keluar’-nya: negara berdasarkan hukum. Supaya tidak masuk ‘lingkaran setan’ kuasa. Tetapi keruwetan akan kembali ditemui juga ketika pendapat Thucydides lebih 2000 tahun lalu dipakai, keadilan (bisa juga hukum) adalah soal siapa yang lebih kuat. Apalagi jika kita memakai pendapat Leo Strauss soal ‘Machiavelli yang menua’, atau dalam bahasa B. Herry Priyono, ‘Machiaelli menumpuk harta’. Tumpukan harta itu perlahan tapi pasti akan menunjukkan potensi ‘tak terduga’-nya, bisa berubah menjadi kuasa, power, yang dahsyat.

Terlalu busuk bisa-bisa juga menjadikan ‘permainan’ kuasa penuh kebusukan. Contoh, permainan yang didasarkan pada sandera kasus, misalnya. Kebusukan dipelihara untuk menutupi kebusukan lainnya. Komunitas lain bicara soal meritokrasi, yang ini ketika bicara keluarnya sebagian besar adalah kebusukan. Permainan busuk lainnya, manipulasi data, misal oleh pollsterRp bangsat-khianat-laknat itu. Belum lagi kegilaan akan bermacam klaim. Sogok sana sogok sini. Ngibul tiada ujung lagi. Macam-macam, seakan kebusukan itu sudah menjadi banal. Hidup bersama setiap hari seakan diakrabkan dengan bau bermacam sampah, bau kebusukan. Apakah ‘habitat’ hidup bersama seperti di atas akan membangun sebuah komunitas yang sehat? Atau katakanlah, anak-anak komunitas akan besar seperti apakah jika setiap hari yang dijumpai adalah kebusukan? Kebiasaan seperti apa yang akan terbangun ketika kebusukan seakan sudah menjadi banal? Mengapa pembayar pajak yang terhormat, terlalu sering terpapar oleh bau busuk menyengat itu? Jangan-jangan bukan pajak yang sedang dihayati, tetapi upeti. Bangsat-lah. *** (03-04-2022)

Spiral Kebusukan