www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

16-02-2022

Paling tidak ada dua hal menarik dari ‘rejim Trump’ yang bisa menjadi pembelajaran terkait dengan konteks tulisan. Yang pertama adalah Skandal Cambridge Analytica, urusannya dengan pilpres AS tahun 2016, yang dimenangkan oleh Trump. Kedua adalah ketika pendukung garis keras Trump merengsek ke Capitol Hill setelah kekalahan Trump pada pilpres tahun 2020. Dan kisruh ini kemudian ada yang menunjuk hidung Trump sebagai inciter in chief. Penyelidikan masih berlangsung sampai sekarang.

Skandal Cambridge Analytica jika dilihat dari pendapat Hermann Broch, memang begitulah ‘rute’-nya. Bagi Broch, bermacam yang ‘ditempelkan’ pada massa hanyalah sebuah metafora saja. Karena bagi Broch, ‘manusia massa’ itu titik berangkatnya tetaplah ‘manusia individu’, yang tidak bisa lepas dari ‘kesadaran remang-remangnya’, ‘kesadaran temaramnya’. Twilight states yang ‘wira-wiri’ di antara ruang sadar dan ruang tidak sadar. Manusia seakan sedang ‘berjalan tidur’ saja. Manusia juga unik, satu sama lain berbeda. Bermacam karakter-bakat-kecenderungan dibawanya sejak lahir seiring dengan bawaan akan kehendak bebas itu. Lihat kasus COVID-19 ini, orang yang pernah kena infeksi banyak yang kena lagi meski sudah divaksin, meski pula infeksi pasca vaksin banyak bukti tingkat keparahannya berkurang banyak. ‘Kecenderungan’ ini tentu masih sangat perlu digali lebih dalam. Bagaimana jika bermacam ‘kecenderungan’ yang kemudian tergambarkan sebagai ‘profil tertentu’ dari lebih 80 juta data pengguna facebook yang bocor dan kemudian diolah oleh Cambridge Analytica? Yang bekerja atau sebagai konsultan kampanye Trump saat itu? Kecenderungan bisa muncul dari data pribadi yang kemudian dibaca oleh ‘ahlinya’ dan muncullah sebagai ‘profil’ tertentu, dan dengan itu dikirim pesan-pesan kampanye tertentu sesuai dengan ‘profil’-nya itu? Dan ‘keterbelahan’-pun kemudian tidak hanya tak terelakkan, tetapi sungguh merebak. Keterbelahan yang kemudian melahirkan satu bentuk massa. “Kesadaran temaram’ itu ‘sukses dimainken’ oleh para konsultan di Cambridge Analytica.

Dan massa yang sudah terbentuk itu dan terus ‘dibina’ melalui bermacam rutenya, untuk menjadi ‘gila’ hanyalah butuh si-inciter-in-chief, dan beberapa dari kelompok Proud Boys –organisasi garis keras pendukung Trump, berdiri paling depan memulai perengsekan masuk secara kasar di Capitol Hill. Lainnya kemudian meniru. *** (16-02-2022)

Para Predator Massa (2)