www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

09-12-2021

Berapa panjang film yang tak tertayang sebagai bagian, misalnya, sebuah film dokumenter? Apa yang membuat satu penggal menjadi bagian dan lainnya tidak? Macam-macam pertimbangan, mulai dari segi artistik, alur cerita keseluruhan, atau juga nilai-nilai yang ada dalam penyuntingnya. Demikian juga apa-apa yang tertampil dalam berita. Maka benar juga yang dikatakan oleh Einstein, imajinasi lebih penting dari pengetahuan. Informasi yang akhirnya menjadi bagian dari pengetahuan kita itu sering harus diiringi dengan berkembangnya imajinasi. Dan karena imajinasi bisa berkembang begitu liarnya maka ada baiknya juga dikomunikasikan dengan imajinasi-imajinasi lainnya. Atau cek-ricek lagi dengan bermacam informasi lainnya.

Jika kita mengikuti pemberitaan Afganistan pasca hengkangnya AS, bermacam tayangan tampil dalam bermacam pemberitaan di bermacam pula kanal berita. Mulai dari bagaimana suasana bandara penuh kekacauan dari orang-orang yang mau pergi ke luar negeri pada hari-hari terakhir penarikan pasukan AS dkk, sampai pada bagaimana Taliban mengambil alih kekuasaan. Dan berita-berita kemiskinan dan kelaparan yang mendera sebagian besar warga, terlebih ketika musim dingin sudah di depan mata setelah Taliban berkuasa. Dan juga unjuk rasa dari sebagian warga, terutama perempuan yang ingin ada kebebasan lebih. Atau yang merasa ke depan kebebasan mereka akan banyak terpasungnya. Dimana yang nampak dalam unjuk rasa itu, tampil di layar kaca adalah pengunjuk rasa yang nampak ‘bersih’, bahkan komplit dengan tas bagus dan perhiasannya. Bahasa Jawanya, kopèn –terawat dengan baik. Nampaknya mereka-mereka itu terawat dengan baik, baik soal kebutuhan primer dan sekundernya. Sangat kontras dengan yang tertayang masih terbelit kemiskinan, dan bahkan ancaman kelaparan, saat musim dingin sudah di depan mata. Mungkin Abraham Maslow benar?

Tetapi ada satu tulisan dari seorang wartawan senior yang mengungkap bagaimana korupsi telah begitu menyebar di 20 tahun terakhir, setelah Taliban di penghujung abad-20 itu dikalahkan, dan masuklah tentara AS itu. Yang kemudian diputuskan ditarik mundur setelah sekitar 20 tahun kemudian, kemarin-kemarin itu. Tepat pada ‘ulang-tahun’ ke-20 peristiwa 911 –atas kesepakatan Trump dan Taliban di tahun 2020. Kebetulan? Salah satu yang dikorupsi adalah bermacam bantuan dari luar yang ternyata banyak di-unthet, dikemplang, digangsir selama kurun waktu 20 tahun itu saat tentara AS dkk bercokol di Afghanistan. Deja vu? Ingat bagaimana sinyalir banyak pihak –pada jaman old, bahkan juga oleh sekaliber Stiglitz soal bantuan dari Bank Dunia yang digangsir disana-sini, angka moderat: 30%, dan Bank Dunia ternyata diam saja?

Maka korupsipun sering menjadi tidak hanya sekedar korupsi. Ia seolah-olah masuk dalam, katakanlah: faustian bargain. Nilai-nilai mendasar tertentu dipinggirkan lebih dahulu demi yang lainnya. Menebar angin menuai badai, pada akhirnya. Demi mengintrodusir bermacam ‘kebebasan’ itu, politik kemudian dibiayai di ranah faustian bargain, melalui: korupsi. Atau jelasnya, radikalisme yang mengancam kebebasan itu dilawan oleh politik yang dibiayai oleh bermacam korupsi. Ataukah, keranjingan akan korupsi itu kemudian dimintakan ‘dukungan’-nya dengan demen dan kenceng-nya teriak soal radikalisme? Tergantung kepentingan atau sedang keranjingan apa dari si-patron-patron, si-tuan-tuan di seberang sana? Senengnya lagi soal isu radikalisme, maka teriaklah kencang soal itu. Yang lain sedang ingin menguasasi melalui bermacam jalur perdagangan, maka diberikanlah apa yang sedang menjadi ‘kesukaan’-nya itu. Dan semua itu akan dijalankan selama korupsi, pemburuan rente yang gila-gilaan itu menjadi perbuatan yang ‘terdukung’. Paling tidak dibiarkan saja. Persis di jaman old. Di atas adalah sebuah kondisi ketika terkait dengan, katakanlah, ‘pakta dominasi primer’. Bagaimana dengan pernak-pernik di ‘pakta dominasi sekunder’? Tak jauh berbeda-lah ... Jenius? Ndas-mu! *** (09-12-2021)

Bermacam Sudut Pandang Kamera