www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

30-10-2021

Keberesan politik dan keberesan rejeki itu tidaklah berdiri sendiri-sendiri. Keberesan politik adalah untuk memberikan daya kemampuan pada keputusan dan tindakan-tindakan politik yang ujungnya adalah pada keberesan rejeki. Rejekinya kaum Marhaen tentu pertama-tama dalam hal ini. Maka bagi Kang Marhaen, politik adalah salah satu rute penting untuk mempengaruhi ‘habitat’ hidupnya sehingga katakanlah ‘ramah’ bagi Kang Marhaen. Bukan habitat yang justru ‘ramah’ bagi serigala-serigala yang terus kelaparan ataupun kucing-kucing gendut yang tidak pernah merambah ‘ekonomi riil’ itu. Pada dasarnya memang mirip gambaran Thomas Hobbes, yang kecil-kecil itu kemudian bersekutu demi bertahan dan mengembangkan hidupnya. ‘Main Atas’ yang dimaksud dalam judul adalah soal ‘bangunan atas’ menurut Marx. Sukanya ‘main atas’ sehingga lupa memperhatikan lebih pada relasi-relasi kekuatan produksi yang ada di ‘basis’. Yang kongkret sehari-hari, dari waktu-ke-waktu akan digeluti oleh Kang Marhaen.

Pada jamannya -10 tahun sebelum Reformasi, Iwan Fals dengan jitu membidik ‘situasi’ Kang Marhaen: (hanya) mimpi yang terbeli. Maka juga, disinilah ‘kerentanan’ Kang Marhaen, hanya mimpi yang kemudian ditawarkan di sana-sini. Mimpi-mimpi yang ada di ‘bangunan atas’ itu. Atau dalam kata-kata Nikita Khruschev, ‘politician are the same all over. They promise to build bridges even when there are no rivers.’ Tentu kita bisa melihat juga dalam perjalanan sejarah bermacam komunitas, apa yang dikatakan Khruschev itu ada dalam sebuah spektrum. Ada yang terjadi pada ujung ekstremnya, ada yang kadarnya tidaklah begitu ‘toksik’-nya. Jadi memang tidak untuk ditelan mentah-mentah. Tidak maju-maju nantinya. Nasib Kang Marhaen di republik bisa sebagai contohnya.

Sebagai contoh, ketika ‘janji membangun jembatan yang bahkan di sana tidak ada sungai’-nya itu sudah ada dalam situasi keranjingan. Entah itu tersampaikan dengan segala ‘narasi ideologis’, atau soal ‘kebesaran masa lalu’, atau lainnya. Atau misalnya, dibuat ribuan patung Bapak Marhaen tetapi kehidupan nyata Kang Marhaen tetaplah selalu tidak jauh-jauh amat dari level ‘subsistensi’. Bukan patung bapaknya yang diharapkan oleh Kang Marhaen, tetapi ‘keberesan politik’ yang mampu memberikan putusan dan tindakan politik untuk mendukung berkembangnya segala potensi yang ada dalam Kang Marhaen itu. Lihat misalnya, bagaimana mafia impor pangan itu secara kongkret dan telanjang mengkerdilkan potensi Kang Marhaen yang bergelut di bidang pertanian. Dari ini saja kita bisa meraba, politik yang seakan ada dalam ‘genggaman’ Kang Marhaen itu ternyata ‘tidak beres-beres’ amat. Bahkan sebenarnya bukan ‘keberesan politik’, tetapi adalah ‘pengkhianatan politik’. Dan ketika tiba waktunya ‘berbaik-baik’ lagi dengan Kang Marhaen, sekali lagi dan berulang-ulang terus: jualan mimpi. Siap-siap ketipu (lagi), Kang ....*** (30-10-2021)

Marhaen Kok Sukanya 'Main Atas'