www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

25-07-2021

Kalau mempunyai kesempatan, raja yang bijaksana akan secara licik membangkitkan orang-orang melawan dirinya sehingga dengan menumpas perlawanan tersebut kedudukan dan pengaruhnya akan menjadi semakin kuat,” demikian ditulis Machiavelli dalam Sang Penguasa.[1]

Atau, apa yang akan saya lakukan jika dalam pemilihan saya ingin curang besar-besaran dengan mencetak kartu suara ilegal secara besar-besaran pula? Dan khalayak sudah mulai curiga dengan hal ini? Maka salah satu cara adalah buat seakan-akan ada kontainer yang sudah terhembus-hembuskan memuat dan siap mengirim kartu suara ilegal itu, dan upayakanlah ditangkap dan terberitakan secara luas juga. Ternyata kontainer yang tertangkap itu tidak berisi kartu suara ilegal, tetapi misal, barang cetak biasa. Maka segeralah tahap kedua, ‘membunuh’ isu yang beredar soal kartu suara ilegal itu. Padahal sebenarnya, memang benar ada kontainer yang memuat dan bahkan sedang mendistribusikan kartu suara ilegal itu, misalnya. Tetapi bukan yang ditangkap. Mungkinkah hal ini bisa terjadi? Kata Machiavelli: bisa.

Jika opini publik letaknya di sentral dinamika, maka hal-hal di atas memang akan sangat mungkin terjadi. Apalagi jika ada yang menguasai bermacam modus komunikasi, terutama ketika banyak media massa mainstream yang sudah berubah menjadi media massa partisan itu. Juga ‘kuat-kuatan’ di media sosial. Tidak mudah menghadapi ‘rute machiavellis’ yang satu ini. Satu-satunya jalan adalah menguak lapis demi lapis apa-apa yang sebenarnya terjadi. Dan jelas dari sisi ‘mereka’ tahu persis kekuatan gelindingan bola salju ketika lapis-demi-lapis apa yang mereka perbuat akan terkuak juga dengan rute sedikit-demi-sedikit itu. Maka yang terjadi adalah ‘cepat-cepatan’ untuk mendapatkan legitimasi. Bahkan misalnya, sampai tengah malam-pun jika itu sudah soal legitimasi akan dilakukan juga. Soal rapuh-tidaknya legitimasi, akan dikesampingkan lebih dulu. Intinya: “sah” dulu. Tetapi ada yang kadang mereka lupakan, di luar mereka sebenarnya adalah manusia-manusia pembelajar juga. Yang kemudian menjadi tidak mudah dipermainkan dalam ‘rute machiavellis’ ini. Maka ketika ‘permainan’ itu-itu saja, diulang-ulang seakan di luar mereka itu bodoh semua, pada dasarnya mereka sedang menggali kubur. Bung, mereka ternyata tidak paham-paham juga! Nekad-nekad saja terus dan seakan tidak paham dengan yang sedang dipertaruhkan. *** (25-07-2021)

 

[1] Niccolo Machiavelli, Sang Penguasa, hlm. 88-89

Machiavelli dan Ejakulasi Dini-nya (2)