www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

02-03-2021

Jika pada bagian akhir jaman old-old karena muncul wacana ‘presiden seumur hidup’, bisakah kita imajinasikan rasa monarki-tirani sedang berkembang? Jika jaman now masih terasa bangunan oligarkinya, bisakah kita imajinasikan rasa oligarki jaman old telah menggantikan rasa monarki-tiran pada bagian akhir jaman old-old itu? Dan diselingi rasa demokrasi, kembali ke monarki-tirani lagi? Lebih dari 2000 tahun lalu siklus monarki /tirani-aristokrasi/oligarki-demokrasi/mob-rule sudah diamati paling tidak oleh Platon, Aristoteles. Tetapi Polybius yang hidup sekitar satu abad setelah Aristoteles itu mempunyai pandangan lain. Menurut Polybius Roma menjadi besar dan kuat karena membangun kombinasi dari rejim-rejim itu.

Yang terakhir: minuman keras adalah bagian budaya atau kearifan lokal, demikian cuit salah satu buzzerRp, dan jelas itu akan ditentang keras oleh banyak pihak. ‘Terakhir’, karena sebelumnya sudah berkali-kali asal-njeplak tidak karu-karuan itu, dan bisa dipastikan itu belumlah akan berhenti. Pertanyaannya, mengapa keberulangan serba mbèlgèdès itu serasa ‘diperlukan’ oleh ‘pihak-pihak tertentu’? Mungkinkah ingin menggeser rasa demokrasi itu untuk lebih pada rasa mob-rule? Sehingga jika menilik ‘siklus’nya, dengan ‘kekacauan’ itu maka monarki-tirani akan lebih bisa diterima? Dan jika monarki-tirani-aristokrasi-oligarki (-demokrasi) ini sudah mewujud maka mati-matian akan diupayakanlah untuk memotong siklus itu? Karena ‘rejim-kombinasi’ seperti yang digambarkan Polybius itu sudah mulai masuk fase stabilisasinya? Dengan segala cara misalnya, diperbesarlah lapisan aristokrasi/oligarki dengan salah satunya memperbesar gologan crazy-rich itu: dari aspek kekuatan uang. Dari aspek kekuatan pengetahuan, bagaimana partai politik harus juga dikandangi semata sebagai bagian dari aristokrasi/oligarki –terutama melalui elit-elitnya, dan bukan bagian dari demos. Juga lembaga-lembaga akademik akan dikelola juga dalam ‘ranah kekuasaan’. Sementara itu soal kekuatan kekerasan: sudah jelas.

Polybius bercerita soal ‘struktur kombinasi’ itu dimulai dengan yang menurutnya, alamiah manusia saja, yaitu berasal dari ketakutan. Karena ketakutan akan sesuatu yang di luar kendalinya, manusia kemudian bersama-sama berkumpul. Dan dalam berkumpulnya itu mulailah kemudian perlahan berkembang apa itu monarki, dan seterusnya. Maka jangan kaget jika upaya ‘menstabilkan rejim kombinasi’ itu juga tidak akan lepas dari ketakutan yang dimainken. Apapun bentuknya, apapun ‘bahan’ utamanya.

Bagi –misalnya, yang ada di rejim demokrasi-pun sebenarnya juga akan berusaha keras menolak siklus itu, yaitu supaya tidak jatuh lagi ke rejim monarki/tirani. Maka bagi si-demos adalah penting sebenarnya untuk menarik lagi partai politik ke tempat semestinya, ke akar sebenarnya. Tidak mudah memang, apalagi kekuatan utamanya: suara, sangat rentan untuk ‘dipermainken’. Untuk itu musuh nomer satu adalah kecurangan, baik dalam input, proses, dan terlebih lagi pada output-nya. Obok-obok partai menuju ‘penyederhanaan partai politik’ harus tegas ditolak, termasuk juga upaya penetapan ambang batas pemilihan presiden itu. Intinya, bagaimana khalayak tetap mempunyai akses luas untuk ikut menentukan siapa yang pantas duduk di puncak kekuasaan itu. *** (02-03-2021)

Mati-matian Menolak Siklus