www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

24-02-2021

Tentara-tentara bayaran mempunyai sejarah panjang dalam bermacam pertempuran. Machiavelli-pun menaruh perhatian pada soal tentara bayaran ini. Dalam Sang Penguasa Machiavelli mengingatkan pada sang Pangeran bahwa terlalu banyak mengandalkan tentara-tentara bayaran itu, jika pintu kehancuran sudah depan mata Pangeran maka kehancuran (tahta) bisa datang secara cepat dan mengejutkan.[1] Menebar angin tentara bayaran, badai kehancuran akan berlangsung cepat dan mengejutkan yang akan dituai. Bagaimana dengan ‘pertempuran opini’? Nampaknya peringatan Machiavelli ini-pun bisa juga berlaku. ‘Tentara-tentara bayaran’ dalam pertempuran opini ini sering bisa menjadi begitu ugal-ugalannya, dan tidak tahu batas kapan harus berhenti. Soal tanggung jawab dan disiplin nampak sering begitu tipisnya. Maka meski kemenangan itu akhirnya diraih, ia meninggalkan lubang menganga dan itulah yang akan menjadi pintu masuk bagi sebuah kehancuran. Sekali lagi, kehancuran yang cepat dan mengejutkan, jika memakai istilah Machiavelli.

Bagi para Machiavellis peringatan ini jelas akan selalu diperhatikan ketika tentara-tentara bayaran itu dipakai. Para Machiavellis tentu sangat paham batas-batas dari tentara bayaran. Batas-batas yang sebenarnya melekat erat pada diri tentara bayaran itu. Bahkan jika itu adalah ‘tentara-opini’ berbayar. Pertanyaannya adalah, dengan apa kemudian lubang besar menganga itu akan ditutup? Lubang besar sebagai ‘efek samping’ dari tingkah-polah ‘tentara-tentara bayaran’ itu? Lihat contoh akhir-akhir ini terkait dengan bermacam bencana, lubang menganga itu adalah ketika fokus pada korban seakan menjadi tersamar karena efek samping polah tingkah para tentara-tentara opini itu, terutama karena ‘proses-proses molekuler’ panjangnya.

Bayangkan tentara-tentara opini ini dilepas dalam pertempuran opini, khususnya terkait dengan radikalisme, misalnya. Dalam konteks aksi-reaksi, lubang menganga sebagai efek samping tingkah polah para tentara bayaran ini sebenarnya bisa ditutup sebagian besarnya oleh ‘realitas kemakmuran’ yang dirasakan kebanyakan khalayak. Kongkret. Sama halnya dengan bencana, hanya antisipasi dan penanganan bencana yang kongkret dan dapat dirasakan langsung oleh kebanyakan khalayak terutama korban yang akan menutup sebagian besar lubang menganga akibat polah tingkah tentara bayaran opini itu. Masalah besarnya adalah, ketika ‘realitas kemakmuran’ itu seakan berjalan begitu tersendatnya karena di tengah-tengah jalan sudah banyak yang digangsir oleh para pembajak.

Menganganya lubang akibat tingkah-polah para tentara (opini) bayaran itu bukanlah langsung menjadi sangat lebar. Tetapi sedikit-demi-sedikit, katakanlah ada proses-proses molekulernya disitu. Jika akhir cerita kemudian terjadi kehancuran yang ‘cepat dan mengejutkan’ itu adalah masalah katalis saja. Ketika yang kuantitatif itu kemudian berubah menjadi kualitatif. Maka para Machiavellis itu akan menyisir siapa atau apa yang potensial menjadi katalis. Sayangnya, meski sudah disisir secermat-senorak apapun, potensi munculnya katalis tidak akan pernah nol sama sekali. Semestinya jika memang sudah waktunya para tentara (opini) bayaran itu untuk dihentikan, ya hentikan saja, entah soft atau hard landing. Sama saja. Masalahnya lubang sudah terlanjur menganga, dan semestinyalah ‘realitas kemakmuran’ adalah fokus utama untuk menutup lubang itu. Tetapi bagaimana jika bahkan kemakmuran-pun akan lebih banyak soal opini? Karena bagaimanapun juga penggangsiran kemakmuran itu sudah seakan sebagai candu saja. Sejarah memberikan pelajaran pada kita, jika itu yang terjadi maka kekuatan kekerasanlah yang akan maju untuk menutup lubang besar itu. Entah itu bentuknya apa. Entah siapa yang akan dimajukan paling depan. Sama saja, karena sudah bukan bayaran lagi. *** (24-02-2021)

 

[1] Niccolo Machiavelli, Sang Penguasa, hlm. 53

Tentara-tentara Bayaran