www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

22-02-2020

Bukan alih fungsi lahan atau alih teknologi, tetapi alih isu. Isu adalah kata serapan dari bahasa asing yang terkait erat dengan ‘sesuatu yang keluar’, dan kemudian menjadi hal yang sifatnya publik. Sesuatu yang menyeruak keluar dan masuk ke ruang publik itu mestinya akan menyedot perhatian publik. Ketika dirasa perhatian publik terhadap suatu isu akan merugikan, maka dikeluarkanlah hal-hal lain ke dalam kesadaran publik. Atau ketika kerepotan memenangkan suatu isu.

Pada pemerintahan Ronald Reagen yang pertama (1981-1985) sebenarnya tidak sedikit yang tidak setuju terhadap program-programnya. Tetapi mengapa Reagen terpilih lagi untuk kedua kalinya? Menurut Noam Chomsky, selama publik terus dibatasi, dialihkan perhatiannya, dan tidak punya akses untuk berorganisasi atau menyatakan sentimennya, atau bahkan untuk mengetahui kalau orang lain juga menyimpan sentimen yang sama, keadaan tidak akan berubah.[1] Keadaan tidak akan berubah di sini adalah: Reagen terpilih lagi.

Jika apa yang ditulis Chomsky di atas dilepas dari soal kepentingan merebut atau mempertahankan kekuasaan, soal akses publik, perhatian publik akan suatu hal, berserikat dan saling membuka dialog, bukankah itu juga merupakan bagian penting dari nations-building? Dengan interaksi-interaksi itu bukankah akan semakin memungkinkan mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baik, nilai-nilai bersama, lembaga-lembaga yang ada di sekitar, juga bahasa yang semakin cerdas? Maka jika kemudian soal alih isu bukan lagi masalah boleh atau tidak, tetapi lebih pada soal ‘tahu batas’, kira-kira bisakah kita berangkat dari soal nations-building ini kita kemudian kita mengembangkan juga penghayatan akan sebuah batas?

A pure democracy may possibly do, when patriotism is the ruling passion; but when the State abounds with rascals, as is the case with too many at this day, you must supress a liitle of the popular spirit,” demikian penggalan surat Edward Routledge ke John Jay, kira-kira 3 bulan setelah deklarasi kemerdekaan AS.[2] Alih isu yang kira bicarakan di sini adalah dalam ranah demokrasi. Patriotisme sebagai kata kerja bisa kita terjemahkan salah satunya dalam konteks nations-building itu. Maka dalam sebuah pilihan dari sekian pilihan untuk melakukan upaya ‘alih isu’ sedikit banyak kita bisa menilai mana yang lebih besar ‘timbangannya’, seorang patriot ataukah seorang rascals, bajingan.

Dan ketika soal uang menjadi driving-force utamanya, biasanya seorang bajingan-lah yang akan muncul tanpa sungkan lagi. Sudah akal terbatas, tidak mengindahkan lagi soal nations-building. Dinamika yang muncul di sekitar Omnibus Law bisa kita lihat sebagai contohnya. *** (22-02-2020)

 

[1] https://www.pergerakankebangsaan.

com/041-Belajar-Dari-Noam-Chomsky/

[2] https://www.pergerakankebangsaan.

com/304-Surat-Edward-Rutledge-ke-John-Jay-24-Nov-1776/

Biaya-biaya Alih Isu