www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

24-01-2020

Pemikiran dari Prof. Sumitro tentang teknologi 45 tahun lalu [1] bisa juga dikembangkan pada soal pertahanan. Bagaimana soal pertahanan mesti dibangun ditengah-tengah pesatnya perkembangan teknologi perang. Dan tidak hanya itu, juga ditengah-tengah mepet-nya anggaran pertahanan. Prof. Sumitro membedakan soal teknologi menjadi tiga, yaitu advanced technology, adaptive technology, dan protective technology.

Tentu siapa yang tidak ingin pertahanan dilengkapi dengan alat-alat pertahanan yang masuk dalam kelompok advanced technology? Tetapi kita juga boleh bertanya-tanya, mengapa negara-negara super-power yang memegang alat-alat perang yang sifatnya advanced itu masih tetap memiliki dan terus mengembangkan ketrampilan pasukan-pasukannya? Itulah mungkin yang bisa kita hayati sebagai ‘adaptive technology’. Bukan teknologi dalam bentuk manusia, tetapi pasukan yang terdiri dari manusia-manusia kongkret itu mempunyai kemampuan dalam beradaptasi terhadap kemajuan teknologi. Dan jelas itu bukan menggeser kemampuan lainnya, tetapi melengkapi. Pasukan yang berdiri di garis paling depan maupun di ruang kendali. Bagaimana dengan segala sumber daya yang ada di sekitar tanpa ketergantungan lagi terhadap segala pernak-pernik terkait advanced technology, kita mampu membangun pasukan yang kuat. Itulah tantangan akan ‘penghayan lain’ dari adaptive technology. Dan dengan itulah jika kita terkena embargo misalnya, tetaplah kita masih bisa dengan sumber daya yang ada di tangan sendiri.

Maka sudut pandang terkait dengan manusia-manusia kongkret ini tidak boleh dilupakan, bahkan jika teknologi perang sudah sampai dengan yang tidak bisa kita bayangkan saat ini. Untuk itu kuncinya adalah soal profesionalitas. Dan soal profesionalitas ini adalah pertama-tama soal batas. Batas-batas yang mana ia akan dinilai oleh terutama orang-orang di luarnya. Batas-batas yang di dalamnya ia selalu berusaha untuk mewujudkan apa yang diperjanjikan, dan juga selalu meningkatkan diri sehingga yang diperjanjikan itu dapat semakin meningkat.

Soal protective technology dalam soal pertahanan ini bisa kita hayati sebagai bagian dari perang semesta. Dimana ketika masalah pertahanan sampai pada satu titik tidak hanya lagi soal pasukan bertempur di garis depan, tetapi rakyat bahu-membahu ikut dalam mempertahankan kedaulatan. Kedaulatan yang mana dengannya secara bersama merawat kebersamaan dan membangun masa depan. Bicara soal dran-dron-dran-dron boleh-boleh saja, dan mungkin memang harus. Tetapi melupakan dua hal di atas adalah sebuah kecerobohan besar. *** (24-01-2020)

 

[1] https://www.pergerakankebangsaan.com

/431-Belajar-Dari-Prof-Sumitro-Djojohadikusumo/

Belajar Dari Prof. Sumitro Djojohadikusumo (2)