www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

22-01-2020

Berapa hari terakhir beredar berita soal Tanah Merah - Gubernur DKI - Lions Club. Klarifikasi sudah diberikan oleh pihak-pihak terkait. Meski begitu, pengembalian telur ke pihak Lions Club nampaknya tidak bisa dicegah. Dan sebaiknya memang jangan dicegah. Dikembalikan lagi adalah lebih baik. Setelah itu, selesai. Selesai sebagai satu peristiwa mungkin, tetapi sebagai pembelajaran bersama boleh terus dikembangkan.

Apa yang terjadi terkait pembagian telur oleh Lions Club ke warga Tanah Merah dan kemudian berujung ke pengembalian lagi telurnya ke Lions Club oleh warga adalah pelajaran bersama soal ke-rela-an. “When you become a Lion, you become part of  global network of volunteers working together to make a difference,” demikian salah satu pernyataan dari Lions Clubs (https://www.lionsclubs.org/en/discover-our-clubs/about-us). Masalahnya, volunteer yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai kesukarelawan, relawan, itu dari asal katanya juga mengandung makna kerelawanan dalam bidang militer, ‘one who offers himself for military service’.[1] Baru setelah itu berkembang dalam makna di luar kemiliteran.

Godaan untuk memaknai kerelawanan dalam ‘kancah perang’ dapat kita rasakan terkait dengan menjamurnya kelompok-kelompok relawan dalam pemilihan umum. Hal yang mungkin wajar saja ketika ‘batalion-batalion’ resmi, dalam hal ini partai politik, semakin berkurang signifikansinya dalam kesadaran khalayak. Tetapi bahkan jika partai politik itupun masih dirasa signifikan, kehadiran para relawan dalam kancah pemilihan bisa juga tidak bisa dibendung. Karena sifatnya kerelaan, maka semestinya relawan itu membubarkan diri setelah pemilihan selesai, jadi ad hoc saja. Jika tetap ingin terus berkiprah secara kelompok dalam politik, jadilah partai politik. Atau organisasi apapun itu tanpa embel-embel ‘relawan’ lagi. Mengapa?

Apakah kita bisa membayangkan satu komunitas yang kemudian tidak mengenal adanya relawan-relawan itu? Relawan yang menjaga jarak terhadap who gets what, when, and how itu? Peristiwa Tanah Merah yang dipelintir oleh sebagian orang, dan bahkan ada yang bisa membuktikan itu juga dilakukan oleh sebagian orang dalam Lions Club, dimana kerelaan itu kemudian dipelintir sebagai ‘bagian dari perang’, apa yang kita rasakan bersama? Terkait hidup bersama, itu jelas sangat memprihatinkan. Tetapi adanya orang yang sudah tidak sungkan lagi memelintir ranah kerelaan ini dalam ‘suasana perang’ jelas juga itu berkembang tidak dalam ruang kosong. Ada background tertentu ketika kerelawanan itu telah menjadi carut-marut oleh ‘genderang perang politik’ yang seakan tidak berkesudahan. Klaim-klaim sebagai relawan itu telah memberikan ‘suasana’ lain dalam penghayatan soal kerelawanan. Dan ini bisa kita rasakan, sekali lagi, tidaklah baik bagi hidup bersama. DNA soal kerelawanan kita bisa-bisa ikut terpengaruh oleh bombardir ‘relawan-relawan’ orang-orang munafik itu. Ini soal epigenetik juga. *** (22-01-2020)

 

[1] https://www.etymonline.com/word/

volunteer

Belajar Dari Tanah Merah