www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

25-07-2019

Paling tidak ada 3 hal yang menjadikan Bumi layak huni, yaitu adanya Bumi di Goldilocks Zone, atau zona layak huni. Yang kedua adanya medan magnet bumi, dan ketiga, lapisan ozon. Jika dilihat lebih jauh ketiga hal tersebut erat terkait dengan Matahari.

Goldilocks Zone merupakan zona ‘aman’ dimana matahari atau yang menjadi bintangnya planet-planet yang mengitari dirasakan tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Ini akan membuat tersedianya air yang sangat vital bagi kehidupan. Tetapi tidak semua planet yang ada di Zona Goldilocks otomatis menjadi layak huni bagi kehidupan. Bumi juga mempunyai medan magnet bumi yang mampu melindungi Bumi dari serangan partikel dari matahari dimana partikel tersebut dapat merusak atmosfer bumi. Sedangkan lapisan ozon melindungi kehidupan dari serangan ultra-violet yang berlebihan dari matahari.

Adanya ‘zona aman bumi’ dalam konteks di planet bumi, terutama yang ada di luar ‘matahari-matahari’, bisa kita andaikan sebagai adanya ‘kedaulatan dari negara-bangsa’. Dengan adanya kedaulatan itu maka tersedialah ‘air’, tanah-air dimana dengannya manusia-manusia yang hidup di atasnya mempunyai kesempatan untuk membangun hidup bagi dirinya maupun hidup bersama.

Tetapi yang penting dalam analogi ini adalah ‘medan magnet bumi’, dimana ‘rahasia’ dari medan magnet bumi ini ada di dalam inti bumi. Medan magnet bumi yang mungkin hanya bisa kita lihat secara tidak langsung dari adanya aurora di sekitar kutub. Inti bumi yang terus membara tidak pernah dalam kondisi diam, sangat super aktif, dan gejolaknya seakan membuat sebuah magnet besar dengan kutub yang berlawanan. Dan ‘magnet besar’ dalam inti bumi inilah yang akhirnya menembus lapisan bumi keluar sebagai medan magnet bumi. Medan magnet yang seperti disebut di depan, melindungi bumi dari angin puyuh partikel-partikel dari matahari yang mematikan.

Dalam suatu negara-bangsa, ‘inti bumi’ itu adalah manusia-manusia yang hidup di atas tanah-airnya. Dinamika manusia-manusia yang ada dalam sebuah negara-lah yang akan menentukan bagaimana negara yang berdaulat itu mampu membangun medan magnet-nya sehingga hal di luar, terlebih energi atau ‘partikel-partikel’ yang berasal dari ‘matahari-matahari’ itu dapat membantu memberikan energi hidup, dan tidak justru menghancurkan. Dinamika manusia-manusia yang dalam politik akan membangun sebuah daya-daya yang resultantenya mengarah pada bermacam kutub, yang mana itu mereka namai sebagai ‘tokoh’, ‘elit’, ‘pemimpin’, atau bermacam lagi. Maka ‘medan magnet’ yang terbangun ini akan sangat terpengaruh dari dinamika manusia-manusianya, dan sedikit orang yang duduk di ‘kutub-kutub’.

Jika inti bumi bergejolak dengan media bermacam logam berbentuk magma cair maka manusia-manusia akan ber-dinamika melalui bahasa. Semakin tinggi tingkatan dalam berbahasa (baik verbal maupun bahasa tubuh) maka potensi terbangunnya medan magnet yang kuat-pun akan membesar. Bahasa sebaiknya tidak kemudian dikontraskan dengan, misalnya kerja, kerja, kerja, karena itu bukan soal ‘kontras’ tapi level, tingkatan. Bahasa yang lekat dengan praktek misalnya, adalah salah satu tanda dalam tingkatan lebih tinggi. Belum lagi kita bicara soal koherensi, konsistensi, dan logika yang terbangun melalui bahasa. Dan tentu, pilihan kata-katanya. Maka kekayaan kosa kata juga akan mempengaruhi ‘medan magnet’ yang terbentuk. Terlalu banyak tidak tersedianya kosa-kata untuk sesuatu hal atau peristiwa, maka lubang-lubang hipokognisi-pun akan banyak menganga di depan hidung.

Bagaimana dengan ozon? Dalam negara-bangsa, ozon layaknya sebuah perjalanan panjang, sejarah panjang yang telah ditapak dan harapan yang terbayang di depan. Yang seakan sudah diunggah dalam cloud. *** (25-07-2019)

Belajar Dari Bumi

gallery/earth