www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

02-06-2019

Ketika Mangunwijaya menulis soal pasca-nasionalisme sekitar satu dekade sebelum ‘abad nasionalisme’, abad XX berakhir, itu bisa kita baca bahwa menghayati nasionalisme-pun perlu olah pikir. Tidak sekedar seruduk sana seruduk sini, teriak-teriak ‘merdeka’ dengan tangan teracung. Dan harus terkepal. Jika oleh pikir mulai seret, maka jalan gampang akan segera muncul: sok nasionalis. Atau dapat dikatakan, nasionalisme yang ada di dada itu tertekan pengembangannya justru oleh seretnya olah pikir.

Hal kedua terkait dengan sok nasionalis ini adalah ketika pengembangan nasionalisme tertekan oleh apa-apa yang ngendon di perut ke bawah, yaitu kekuatan MPV, money, Mr. P, dan Miss V. Ketika sengkarut sekitar uang dan laku licin-licik tidak tahu batas, berbusa-busa soal nasionalisme tetapi di balik itu ujung-ujungnya masalah duit. Dalam politik skandal, yang menurut Manuel Castells akan banyak mewarnai di era informasi ini, terjerat dalam kegelapan kekuatan uang adalah titik lemah yang akan menggerogoti pengembangan nasionalisme.

Politik skandal tidak hanya masalah uang saja, tidak hanya masalah laku korupsi saja, tetapi juga -celakanya, melibatkan Mr. P dan Miss V. Salah satu skandal nafsu bawah perut ini juga telah menjadi faktor signifikan dalam politik skandal. Berbusa-busa omong soal ini-itu, bersikap ini-itu, ujung-ujungnya karena tersandera kasus Mr. P dan Miss V ini. Nasionalisme yang ada di dada ini juga menjadi seret pengembangannya karena tekanan yang ada di bawah perut.

Tentu kita sedang bicara soal elit di sini. Dan tidak ada salahnya kita bicara soal elit, terlebih jika mengingat pendapat Arnold J. Toynbee soal hancurnya peradaban. Menurut Toynbee, salah satu faktor hancurnya peradaban adalah terkait dengan minoritas kreatifnya. Yaitu ketika mereka berubah menjadi ‘minoritas dominan’ yang cenderung menjadi mbèlgèdès sifatnya. Ini bisa kita bandingkan dengan pendapat salah satu senior TNI yang dihormati banyak kalangan, ketika bertahun lalu di Makasar pernah mengatakan bahwa ketahanan nasional itu tidak lepas dari keterbukaannya terhadap kritik. Dibalik ini adalah persis seperti dikatakan oleh Toynbee, bagaimana ‘menjaga’ minoritas kreatif itu tidak berubah menjadi ‘minoritas dominan’. Ke-dungu-an yang ditambah dengan bermacam skandal baik soal uang, Mr. P dan Miss V jelas akan mendorong untuk dengan mudah jatuh pada sikap ‘minoritas dominan’ nan mbèlgèdès demi tidak menyebarnya kebusukan. Sok-nasionalis sok-kuasa. Belum lagi jika ditambah soal skandal ‘per-sabu-sabu-an’. Bermacam hal ‘sepele’ yang tidak hanya membuat bermacam hiruk-pikuk, tetapi juga ‘hiruk-pekok’. Matik! *** (02-06-2019)

Sok Nasionalis

gallery/angry