www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

08-04-2019

Tentu peringatan untuk jangan mempermainkan rakyat akan selalu sah dari waktu ke waktu. Bagi kita rakyat, peringatan itu tentu dapat sebagai pengingat yang baik adanya. Tetapi pada titik tertentu, adanya yang akan mempermainkan rakyat itu sebaiknya kita pandang sebagai hal yang tidak tergantung pada kita. Artinya, siapa saja, entah asalnya dari mana, potensi kita sebagai rakyat untuk dipermainkan tidak bisa kita hindari. Lalu bagaimana kita bersikap?

Sebagai bagian dari ‘masyarakat pembelajar’, entah sebagai bagian dari masyarakat dunia, masyarakat regional, maupun sebagai warga negara republik, nampak sekali paling tidak lima tahun terakhir pembelajaran bersama itu terasa semakin meningkat. Bagi kita rakyat, adanya dua pilihan capres di 2019 ini adalah berkah tersendiri. Bukan tiga atau empat, tetapi dua. Mengapa? Mudah saja, ketika kita merasa ditipu dan ditipu terus menerus, kita bisa akan mencoba yang satunya. Artinya, silahkan anda berpikir untuk menipu kami, ’mempermainkan’ kami, dulu misal sekedar menggunakan kami saat pemilu, tetapi kami, sebagian rakyat sudah sangat paham harus bersikap, katakanlah: migrasi suara itu.

Dan inilah memang ‘permainan’nya. Berpikir akan menipu atau menggunakan rakyat tetap harus kita lihat sebagai bagian dari permainan, tetapi ketika rakyat semakin sadar dan tidak hanya menjadi tidak begitu mudahnya lagi untuk dipermainkan, tetapi juga mampu melakukan ‘serangan-balik’, itu juga bagian dari permainan. Bagian dari si homo-ludens ketika memperebutkan siapa yang akan berkuasa lima tahun mendatang.

Bahkan ngibul sana-sini-pun tidak dilarang. Sama halnya ketika banyak khalayak semakin muak melihat wajah si-tukang ngibul itu. Sama-sama berhaknya, sama-sama tidak dilarangnya, sama-sama masih dalam gelanggang permainan. Menjadi benci terhadap orang semacam itu? Boleh, dan tidak dilarang selama tidak kebablasan sampai pada tindakan melanggar hukum. Siapa yang tidak benci ketika anak-anak kita dikibuli mentah-mentah? Misal juga kebencian karena merebaknya aksi korupsi tetaplah sah dan masih tetap dalam gelanggang permainan. Dan kanal kebencian itu nantinya adalah bilik suara. Dan sekali lagi, sah.

Apa yang ingin disampaikan di atas adalah bagaimana kita semakin mampu memajukan demokrasi di republik. Kita tidak akan mengingkari adanya orang atau elit yang ingin memanipulasi kita sebagai rakyat, tetapi kita ingin menyampaikan pesan jika itu dilakukan, jelas akan ditinggalkan rakyat. Rakyat yang semakin pandai, semakin cerdas dengan didodormg oleh bermacam kemajuan teknologi yang ada dan terus berkembang. Mungkin lima tahun lalu ada yang merasa begitu mudahnya memanipulasi khalayak, tetapi sekarang? Silahkan dicoba, siapapun itu. Permainan sudah naik ke level yang lebih tinggi.

Masalahnya adalah pertama, ketika sampai pada titik ‘mempermainkan permainan’. Dan puncak dari ‘mempermainkan permainan’ ini adalah kecurangan. Yang kedua adalah, membawa permainan ke ‘luar-orbit-republik’. Dua hal ini sebenarnya bisa juga diantisipasi oleh khalayak, tetapi tetap saja, dan terutama soal kecurangan -baik kecurangan dalam input, proses, maupun outputnya, perlu mendapat perhatian semua pihak. Semua pihak yang masih mencintai republik ini, karena permainan sudah menjadi mempertaruhkan republik. Jika itu terjadi, yaitu mempermainkan permainan dengan kecurangan maka akan berpotensi permainan akan menjadi permainan yang dipersungguh. Hati-hati. *** (08-04-2019)

Jangan Permainkan Permainan