www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

02-04-2019

Suara atau hak pilih bagi warga negara adalah ‘jiwa’ bagi yang sudah punya hak.  Sebagai ‘jiwa’ ia mempunyai dimensi pasif dan dimensi aktif. Dalam dimensi pasifnya, hak suara akan menyesuaikan pada lingkungannya. Ia seakan terbelenggu dalam kungkungan sekitar. Atau dalam Alegori Gua Platon, pasifnya jiwa ini tergambarkan oleh yang terantai dan hanya mampu melihat bayang-bayang di dinding gua. Sedang ‘jiwa’ yang aktif, dalam hal ini dalam bentuk hak pilih atau suara, ia punya potensi untuk bergerak. Ia mampu melepaskan diri dari rantai dan aktif berusaha keluar gua mencari kebenaran. Jika itu dilakukan maka sebenarnya ia sedang memupuk potensi ‘migrasi’.

 

 

 

 

 

Mengapa migrasi suara ini penting? Kalau mau jujur bisa dikatakan bahwa dalam era demokrasi seperti sekarang ini, potensi migrasi suara itulah wujud kedaulatan rakyat yang sebenarnya. Cobalah kita bayangkan perasaan kita sebagai warga negara yang menginginkan bentuk penjelasan yang memadai soal kondisi ekonomi bangsa, dan kita disuguhi penjelasan sambil glécénan dan ujar merokat-meroket itu. Atau lihat kembali jejak digital ketika setingkat presiden menjadikan hal kebocoran anggaran negara sebagai bahan olok-olok. Lihat wajah dan gerak tubuh saat mengatakan bocor, bocor, bocor (ada yang menghitung sampai 12x dengan suara semakin tinggi) itu. Dan jejak digital itu kita sandingkan dengan jejak berita yang dilansir oleh KPK soal kebocoran anggaran baru-baru ini. Kita seperti tidak mampu berbuat apa-apa saat itu. Paling-paling kita hanya dongkol dan muak saja. Maka jika kita masih setuju soal demokrasi, satu-satunya penanda bahwa itu masih ada ya migrasi suara itu. Tidak yang lain.

Pelembagaan dalam judul bukan berarti terus kemudian dibuat panitia dan lalu pergi ke notaris untuk didaftarkan sebagai ormas baru. Kalau toh mau dibuat silahkan, tetapi fungsinya harus jelas, katakanlah sebagai ‘penjaga (semangat) revolusi’, misalnya. Pelembagaan disini dalam arti sebagai proses lanjutan dari internalisasi dan habitualisasi. Kita harus membangun potensi kekuatan migrasi ini tidak hanya pada pemilu 19 April nanti, tetapi juga setiap lima tahunnya. Persis seperti kata-kata Eep Saefullah Fatah yang mengatakan bahwa jika petahana elektabilitasnya di bawah 50%, itu berarti rakyat sedang menghukumnya. Migrasi suara adalah bentuk hukuman dari rakyat si pemegang hak pilih.

Alegori Gua Platon seperti yang sudah disinggung di depan adalah sebuah gambaran bagaimana membangun potensi kekuatan migrasi suara itu. Dengan memparalelkan dengan konsep jiwa Platon, maka suara sebagai jiwa si-pemilih ini hanya bisa membangun potensi kekuatannya jika dan hanya jika ia adalah jiwa yang dinamis, jiwa yang aktif.  Jiwa yang pasif ia akan menjadi sasaran tembak, entah yang berasal dari kekuatan uang, atau kekuatan kekerasan, ataupun kekuatan pengetahuan dalam bentuk bermacam manipulasi. Memang tidak mudah untuk bergerak sebagai jiwa yang aktif, karena tidak hanya mengandaikan berkembangnya pengetahuan, tetapi juga daya tahan. Dan lebih penting lagi, mau masuk ke gua lagi untuk membantu yang masih terikat dan terantai melepaskan diri.

Maka pelembagaan migrasi suara ini tidak hanya kemudian berurusan soal ‘kualitas’ tetapi juga ‘kuantitas’. Jumlah yang semakin besar adalah merupakan bagian tidak terpisahkan dari pelembagaan potensi kekuatan migrasi suara ini. Tentu kita tidak usah membayangkan semua pemilih menghayati ‘gerak-hidup-suara’-nya. Tetapi jika secara kuantitas potensi migrasi mampu terus berkembang dan membesar dan kemudian menjadi sebuah katalis bagi perubahan, inilah ‘titik-didih’ yang akan membawa kekuatan migrasi suara ini akan diperhitungkan. Dan perhitungan yang berasal dari bermacam pihak itu jelas tidak akan asal-asalan atau level ndèk-ndèk-an lagi. Itulah sebenarnya ketika sebuah kemenangan dalam pemilihan, adanya potensi migrasi suara ini akan memberikan anti-tesisnya: kekalahan dalam pemilihan berikutnya. Dan ketika si-pemenang itu terus berusaha ‘menyangkal’ atau ‘men-tidak-kan’ potensi migrasi suara ini, kemajuan bersama akan semakin nampak. Bukan mengingkari atau bahkan asal mengingkari, tetapi ber-dialektik. Kemenangan yang terus dibayang-bayangi oleh kekalahan. *** (02-04-2019)

Migrasi Suara dan Pelembagaannya

gallery/plato cave

Alegori Gua Platon

gallery/2019_ganti_3