www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

02-12-2018

Melihat penampakan Aksi (reuni) 212 dari tangkapan kamera drone, warna putih dominan dan di sana-sini ada warna hijaunya: rumput. Sungguh mengherankan, begitu banyaaaaknya manusia berkumpul di satu tempat, rumput-pun dijaga untuk tidak diinjak. Tidak hanya itu, setelah berkumpulnya jutaan manusia itu, lokasi aksi segera kembali bersih lagi.[i] Inilah contoh gigantis ketika misalnya ada yang bicara tentang sedang naiknya sebuah pergeseran: dari information age ke reputation age.

Abad informasi mungkin sedang dalam potensi bubble yang jika tidak hati-hati akan kehilangan ‘daya-sihir’-nya. Mungkin belumlah sebuah pergeseran, tetapi koreksi besar-besaran dengan reputasi. Berbagai informasi yang seliweran secara masif di dunia digital ini seakan hadir tanpa screening lagi. Yang ngawur, yang provokatif, yang penuh dengan pelintiran, disinformasi dan sejenisnya seakan silih berganti mengunjungi dunia privat dan publik kita setiap menit, jam, hari. Seakan tanpa daya kita untuk menolaknya.

Putih, hijau, dan bersih adalah sebuah reputasi. Reputasi sendiri selalu mengandung makna ke-ber-ulang-an, repetitif. Keberulangan akan hal baik –dalam hal ini, yang akan menjadi sebuah karakter. Atau kalau meminjam Peter L. Berger, apa yang kita lihat dalam Aksi (reuni) 212 itu sudah terjadi institusionalisasi atau pelembagaan. Pertanyaannya adalah, mengapa pelembagaan ‘putih, hijau, dan bersih’ ini bisa dikatakan terjadi ‘dalam waktu yang singkat’?

Pendeknya dalam pikiranku, Perancis bukanlah Perancis bila tanpa kebebasan, kemuliaan, keagungan, dan kehormatan,” demikian ditulis Charles de Gaulle dalam memoarnya. Charles de Gaulle kiranya sedang menulis apa yang menjadi élan vital bangsanya. Dari sudut pandang aliran vitalisme, manusia tidak hanya merupakan kumpulan reaksi fisika maupun kimia saja, atau yang sejenisnya, tetapi dia ada yang namanya energi/kekuatan hidup, yaitu élan vital.[ii] Ketika terjadi proses internalisasi dan menuju ke proses pelembagaan, kiranya élan vital ini bisa menjadi bahan bakar yang efektif. Kalau Michio Morishima menyebut Japanese ethos, maka tidak jauh berbeda, meminjam anjuran HRS, apa yang nampak sebagai putih-hijau-bersih dalam tulisan ini adalah merupakan bagian dari penampakan aktual ethos mujahid (pejuang). Berjuang untuk apa? Untuk ke-martabat-an.[iii] *** (02-12-2018)

 

[i] Lihat juga: Bersih Setelah Aksi, https://www.pergerakankebangsaan.com/057-Bersih-Setelah-Aksi/

[ii] https://www.pergerakankebangsaan.com/062-Membela-Martabat/

[iii] https://www.pergerakankebangsaan.com/173-212-dan-Maruah-Itu/

Putih, Hijau, Bersih

 

gallery/2120
gallery/212a
gallery/212b

Bersih setelah aksi