www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

09-11-2018

George W. Bush dalam Future Farmers of America di Washington, Juli 2001 menegaskan: “It’s important for our nation to build – to grow foodstuffs, to feed our people. Can you imagine a country that was unable to grow enough food to feed the people? It would be a nation the subject to international pressure. It would be a nation at risk. And so when we’re talking about American agriculture, we’re really talking about a national security issue.” [i] Dalam sejarah perang-pun, pangan bisa menjadi faktor penentu kalah-menangnya sebuah peperangan.

Beberapa hari lalu, Sandiaga juga menyoroti masalah pangan ini, dan penggalan pernyataan jadi judul tulisan ini. “Tapi yang bisa kita produksi sendiri, why we do have to import?” tegas Sandiaga.[ii] Selain masalah data terkait dengan carut-marut masalah pangan ini, ada hal yang mesti diperhatikan, yang juga telah disorot oleh Rizal Ramli dan Prabowo Subianto: mafia pangan.

Jika kita lihat dari ‘peta jiwa’ atau ‘peta hasrat’ Platon, apa yang disebut dengan mafia pangan atau oligarki-pemburu rente pangan akan menjadi lebih jelas. Perburuan rente pangan melalui impor ini, jelas adalah hasrat yang tak pernah kenyang dalam mengeruk kekayaan bagi dirinya, dan kelompoknya.  Banyaknya fakultas pertanian di negeri ini, dengan berbagai hasil penelitiannya bisa-bisa takluk dengan kepentingan oligarki-pemburu rente pangan ini. Tidak hanya pengetahuan yang takluk, tetapi juga apa yang disebut Bush di atas, national security issue. Kebanggaan yang ada di dada terkait kemampuan menghidupi diri-pun dikalahkan oleh nafsu serakah komplotan oligarki pangan ini.

Bahkan terjadi ‘spiral penindasan’ yang sungguh mbèlgèdès sifatnya. Petani pada khususnya, dan rakyat pada umumnya ditelikung oleh keserakahan tanpa ujung itu, dan demi ‘ketenteraman laku serakah’ itu disisihkanlah sebagian hasil keserakahan itu untuk ‘membeli’ suara kaum petani dan sekitarnya lagi! Spiral penindasan ini jelas tidak mudah memotongnya karena sudah begitu luas dan berakarnya. Bisakah kita sebagai bangsa memutus itu? Tentu bisa, dan harapan itu bisa dimulai dengan #2019gantipresiden. Tidak ada jalan lain. *** (09-11-2018)

 

[i] J. Ziegler, C. Golay, C. Mahon, S. Way, To Fight for the Right to Food, Springer, 2011, hlm. 69

[ii] https://nasional.kompas.com/read/2018/11/07/16004061/sandiaga-seandainya-kita-bisa-memproduksi-sendiri-mengapa-harus-impor

Why we do have to import?

 

gallery/tani