www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

05-10-2018

Ada beberapa rute di mana kaki politik hasrat menapak, salah satunya rute yang dibuka oleh Spinoza. Spinoza dalam Ethics[1] menandaskan bahwa desire is the actual essence of man. Politik tidak pernah tidak terkait dengan manusia, maka bagi bagi operator politik hasrat, gejolak hasrat selalu dalam pantauan mata elangnya. Bukan karena hasrat itu buruk, tetapi karena hasrat adalah esensi aktual dari manusia, demikian paling tidak menurut Spinoza, hampir 350 tahun lalu. Bagi politik hasrat, tidak mengenal dengan baik hal-ihwal ‘peta’ hasrat ini, maka jangan berpolitik, atau kalau nekad, maka siap-siap saja akan dimakan habis-habisan.

Hasrat adalah salah satu bentuk ketidak-aturan, yang penuh gejolak dan hadir dengan berbagai spektrumnya. Terhadap gejolak ini Spinoza dalam bagian IV Ethics menandaskan bahwa ‘an emotion can only be controlled or destroyed by by another emotion contrary thereto, and with more power for controlling emotion’. Jika ada informasi bahwa seorang lawan politik mempunyai kebiasaan tersembunyi, berlama-lama di depan cermin dan bergumam, mirror-mirror in the wall, who is the most beautiful ..., bagi operator politik hasrat ini bisa jadi sebuah amunisi berharga untuk menghabisinya atau bagaimana harus 'dimainkan'. Demikian juga gejolak hasrat akan kekayaan atau uang yang sulit terkendali, dan akhirnya manipulasi pajak menjadi salah satu pilihan. Atau hasrat seksual yang tertangkap oleh kamera tersembunyi. Maka tak heran juga dalam politik skandal menurut Manuel Castells itu, akan seiringan erat dengan politik hasrat, dalam konteks kontrol.

Tak mengherankan pula jika politik hasrat itu ada di tangan para mafiosi maka yang muncul adalah sebuah ‘industri perlindungan’. Inilah ketika de-industrialisasi mengancam, justru ‘BUMN” yang satu ini menapak keuntungan yang berlipat. Diego Gambetta dalam The Sicilian Mafia mengajukan hipotesis, mafia adalah ‘a specific economic enterprises, an industry which produces, promotes,  and sells private protection’.[2] Bagi para mafiosi, yang dalam perlindungan dan mendukung eksistensinya, mereka akan aman. Bahkan untuk realisasi gejolak hasrat yang telah menjadi tidak mudah terpuaskan sekalipun. Jika tidak atau di luar perlindungan?

Sun Tzu berabad silam mengajarkan supaya ‘know your enemy and know yourself and you can fight a hundred battles without disaster’. Dan dari politik hasrat kita bisa belajar supaya tanpa henti selalu berusaha memahami gejolak hasrat kita dan juga gejolak hasrat lawan. Bukan karena hasrat buruk, tetapi hal buruk pasti akan datang jika kita tidak paham gejolak hasrat, paling tidak dalam diri kita. Otak-atik ‘peta tripartit hasrat’ dari Platon kiranya bisa membantu kita, termasuk diktum Spinoza di atas.***

(05-10-2018)

 

[1]  Dipublikasikan tahun 1677

[2] Diego Gambetta, The Sicilian Mafia, Harvard University Press, 1993, hlm. 1

 

Ketika Politik Hasrat Di Tangan Mafiosi

gallery/mafia