www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

22-9-2018

Jika Bung Karno dikenang salah satunya lewat ungkapan Jasmerah-nya, mungkin kelak generasi milenial akan dikenang salah satunya lewat ungkapan: Jasmetal! Jangan sekali-kali melupakan jejak digital. Jika kata informasi, information bisa kita pisah menjadi in-formation maka dapat dibayangkan apa yang ada dalam informasi itu juga akan membentuk kita, ‘melatih’-mendidik kita. Dan bayangkan jika produksi informasi dimonopoli oleh media massa mainstream a la revolusi industri, seperti surat kabar, radio dan televisi? Itulah yang terjadi dalam otoritarianisme a la pra generasi milenial. Sekarang? Bagi yang overconfident karena merasa memegang sebagian besar media-media itu, dia sedang dalam fase keblinger.

Akhir-akhir ini ketika demo mahasiswa merebak, beredar jejak digital represifnya aparat. Dan bagaimana jika jejak digital itu disandingkan dengan jejak digital saat Jokowi bicara bahwa ia kangen di demo? Pidato yang begitu ditanggapi dengan antusias oleh audiens saat itu? Audiens yang sedang terbuai membayangkan sang pemimpin nan bijak? Ketika dua jejak digital itu dihayati bersamaan, apakah akan muncul perasaan-perasaan tertipu? Atau bahkan muak?

Atau jejak digital bahwa Jokowi jika terpilih jadi presiden nanti akan memuliakan petani di republik dengan akan menghentikan impor? Siapa yang tidak akan bertepuk tangan mendengar itu? Dan apa yang akan anda rasakan ketika jejak digital lain berisi segala impor selama Jokowi menjadi presiden? Yang memuncak pada silang pendapat antara Menteri Perdagangan dan Kepala Bulog akhir-akhir ini? Merasa tertipukah anda? Atau bahkan merasa akan muntah?

Atau jejak digital yang menunjukkan bahwa Jokowi tidak akan bagi-bagi kekuasaan jika nanti berkuasa dan itu kemudian disandingkan dengan jejak digital ketika bagi-bagi kekuasaan dilakukan secara vulgar, bahkan hangatnya pemilihan saja belum mendingin. Padahal hak prerogatif ada di tangan! Merasa tertipukah anda? Atau bahkan merasa akan muntah?

Belum lagi soal utang luar negeri. Dan masih banyaaak lagi. Intinya adalah, inilah era ketika sangsi sosial bisa mewujud secara digital pula. Dan pada saatnya nanti ‘sangsi sosial digital’ ini akan ‘jumpa darat’ juga, mewujud dalam ‘sangsi konstitusional’ dalam pemilihan. Dunia in-formatio sudah tidak mungkin lagi dimonopoli, kecuali tentu saja bagi yang sedang dalam fase keblinger itu.

Tetapi yang namanya sedang keblinger, maka apapun akan dilakukan secara membabi-buta. Ketika monopoli di bidang in-formatio ini dirasa  mulai retak maka ada dua hal yang mungkin akan dilakukan, memaksimalkan kekuatan kekerasan dan uang. Itu rumusnya, paling tidak jika kita mengikuti pembedaan tiga kekuatan dari Alvin Toffler, kekuatan kekerasan, uang dan pengetahuan.***

(22-9-2018)

Jejak Digital Yang Menghukum

gallery/digital1
gallery/jokowi karnival