www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

28-8-2018

Kepemimpinan tidak didefinisikan oleh skala peluang, melainkan oleh kualitas respons terhadapnya,” demikian Chris Lowney dalam Heroic Leadership. Mengapa? Karena ‘seseorang tak dapat mengendalikan seluruh keadaan sekitar yang dihadapinya, melainkan hanya responsnya terhadap keadaan itu,’ lanjut Lowney.[i] Respon adalah jawaban, dan jika kita telusuri asal katanya, secara tidak langsung dalam kata respon tersebut sebenarnya terkandung hal janji. Respon dari minoritas kreatif dalam term Arnold J. Toynbee terkait dengan adanya tantangan secara tidak langsung adalah sebuah janji pula yang mana kebanyakan orang di sekitarnya akan mengikuti atau menirunya. Maka, kualitas respon sedikit banyak juga menggambarkan bagaimana senyatanya seseorang itu akan berjanji. Orang boleh berjanji ina-ini-ita-itu-ona-anu, tetapi pada akhirnya pada respon terhadap situasi tertentulah janji-janji itu akan diuji.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kualitas respons ini sebenarnya sangat erat dengan apa yang disebut Lowney sebagai modo de proceder, cara bertindak. Cara bertindak bukanlah sesuatu yang instant, tetapi merupakan resultante dari endapan panjang terkait dengan banyak hal, entah itu nilai-nilai, karakter orang, sampai dengan tingkat kecerdasan orang per orangnya. Cara bertindak ini akan juga selalu ingat pesan Sokrates, hidup yang tidak pernah diperiksa, tidak layak dijalani. Latihan, mawas diri, dan terjun langsung dalam problem kongkret akan terus mempertajam cara-cara kita bertindak.

Maka ketika akhir-akhir ini menghangat terkait dengan penghadangan, perkusi para tokoh gerakan #2019gantipresiden, respon dari pemerintah adalah cermin dari kualitas dirinya. Juga misalnya respon terhadap bencana tenggelamnya kapal di danau Toba.[ii] Dan tentu juga terhadap gempa bumi Lombok. Bawaslu dan KPU sudah menegaskan bahwa deklarasi #2019gantipresiden bukanlah gerakan melawan hukum, maka sebenarnya sudah menjadi tugas pemerintahlah untuk melindungi kegiatan tersebut. Dan bukan sebaliknya. Hanya ordo medioker yang tidak paham hal ini.

Cobalah kita lihat bagaimana Obama dengan tegas dalam menghadapi para pendemo yang menolak didirikannya semacam mesjid di sekitar ground-zero. Obama mengingatkan pada khalayak tentang ide-ide dasar pendirian Amerika. Bukannya tanpa resiko (elektabilitas) ketika Obama menandaskan itu, tetapi itu tetap dilakukan. Bagi Obama, kelekatan terhadap kekuasaan menjadi relatif ketika ide-ide dasar berdirinya negara AS terancam dilupakan.

Founding fathers kita sepakat menandaskan pada Pembukaan UUD 1945 alinea 4, pemerintahan negara Indonesia untuk melindungi segenap bangsa Indonesia. Sayangnya, sekali lagi, hanya pemimpin medioker yang tidak paham hal ini. Dan yang serba medioker ini akan diterus-teruskan? Saya kira tidak! *** (28-8-2018)

 

[i] Chris Lowney, Heroic Leadership, Gramedia, 2005, hlm. 22

Respon Ordo Medioker

gallery/jokowi karnaval
gallery/heroic
gallery/lempar1
gallery/lempar2