www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

19-7-2018

Arnold J. Toynbee berpendapat bahwa peradaban akan selalu membutuhkan minoritas kreatif, dan peran utamanya adalah dalam merespon tantangan. Atau dalam sudut pandang lain, Arthur M. Schlesinger, Jr. dalam Kata Pengantar biografi Angela Merkel (Clifford W. Mills, 2008) menuliskan:

“Leadership, it may be said, is really what makes the world go round. ...... Leadership is a public transaction with history. The idea of leadership affirms the capacity of individuals to move, inspire, and mobilize masses of people so that they act together in pursuit of end.[1]

Menurut Toynbee, kebanyakan orang akan meniru si-minoritas kreatif. Meniru sebagai modus ini juga dilihat oleh Rene Girard dalam teori segitiga hasrat-nya sebagai faktor kunci. Dalam segitiga hasrat, seseorang menghasrati X misalnya, karena ia meniru sang model, si-model yang juga menghasrati X. Si-model itulah, dalam ranah respon-tantangan, mungkin yang dimaksud sebagai minoritas kreatif. Sedang dalam ranah periklanan, mungkin disebut sebagai bintang iklan.

Dalam perjalanan sejarahnya, manusia sering ‘membangun’ apa-apa yang kita sebut sebagai axis mundi. Ketika ‘dunia atas’ dan ‘dunia bawah’ seakan tidak terjangkau, dan membuat manusia dalam kegelisahan yang mengganggu, baik ‘dunia atas’ maupun ‘dunia bawah’ itu perlu dihayati dalam kosmos yang tidak menggelisahkan lagi, dan dengan ‘tekhnologi’ axis mundi itu manusia kemudian bisa menjadi lebih fokus pada hal-hal yang memang bisa terjangkau olehnya. Itulah mungkin salah satu fungsi si-model, ketika sebuah obyek X ‘di seberang sana’, dan dengan ‘hanya’ meniru si-model, sedikit ke-tidak-pasti-an bisa dipinggirkan. Dan juga ketika kegagalan mendekat, rasa tidak enak akibat kegagalan itu bisa dilimpahkan ke si-model. Inilah juga mungkin yang mendorong kriteria seorang pemimpin untuk berani bertanggung jawab sebagai salah satu hal pokok. Dan yang suka lempar-lempar tanggung jawab, jelaslah bukan seorang pemimpin.

Dalam politik di mana tidak akan lepas dari kekuasaan (power), obyek bisa bermacam, tetapi jelas tidak akan lepas dari machtvorming, demikian kata si Bung. Dan Bung Karno benar sekali ketika mengkaitkan machtvorming ini dengan azas dan prinsip. Berpegangnya pada azas dan prinsip ini sebenarnya dekat dengan apa yang disebut di depan, axis mundi. Dalam machtvorming ini peran pemimpin-pemimpin adalah sangat penting, baik dalam rangka mengembangkan ‘tenaga penggerak’ maupun sebagai ‘model’ dalam konteks segitiga hasrat-nya Rene Girard. Dan kelanjutan dari machtvorming inilah yang akan menggetarkan lawan, kata si Bung: radikalisme dan massa aksi. Radikalisme dari kata radix, artinya akar, jadi radikalisme di sini adalah ketika machtvorming itu sangat paham akan akar masalah dan siap menggali dan mencabut masalah sampai ke akar-akarnya. Salah satu fungsi pemimpin sebagai ‘model’ inilah yang jadi pokok bahasan, angkat dan banting!

Inilah ketika hasrat yang menggumpal melalui jalur mimesis dalam logika segitiga hasrat Girard, dipermainkan. Ketika dengan berbagai rute, dan si A berhasil menjadi ‘model’ yang ditiru, tiba-tiba saja ‘dibanting’ ke bawah laksana kartu mati dibanting di atas meja. Dibantingnya si model A itu bisa karena sejak awal memang ‘di-skenario’ seperti itu, atau melalui agere contra, dilawankan dengan berbagai hasrat, seperti hasrat akan kekayaan, seksual, kekuasaan, dan lain-lain. Tujuannya jelas, meretakkan machtvorming, sehingga apa yang digambarkan si Bung, radikalisme dan massa aksi tidak mewujud.

Apa yang diulas Naomi Klein dalam The Shock Doctrine: The Rise of Disaster Capitalism (2007) dapat membantu pemahaman kita. Mungkin belum sampai disaster, tetapi terbantingnya (salah satu/beberapa) pemimpin bisa sedikit-banyak meretakkan ‘axis mundi’. Dan retaknya ‘axis mundi’ ini adalah kesempatan bagi ‘lawan’ untuk menelusupkan ‘cerita-cerita’ baru. Contoh Shock Doctrine dijalankan dalam skala tertentu adalah tragedi tenggelamnya kapal di danau Toba baru-baru ini. Belum sempat ‘keterkejutan, keterpanaan, dan kegundahan’ mereda, tiba-tiba saja sudah dihentikan dan didirikanlah sebuah monumen. Selesai, kata mereka. *** (19-7-2018)


[1] Clifford W. Mills, Angela Merkel, Chelsea House, 2008, hlm. 6

Angkat, dan ..... Banting!

gallery/jatuh2