www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

27-10-2022

Apakah istilah ‘rantai terlemah’ hanya milik ranah imperialisme dan kontra-nya? Sebagian besar penderita AIDS meninggal karena ada dalam kondisi ‘rantai terlemah’ ini, yaitu rantai pada sistem pertahanan tubuh. Virus HIV itu merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga infeksi yang pada orang normal akan berakibat batuk-batuk saja, bagi penderita AIDS bisa berakibat fatal. Demikian juga saat mendapat kemoterapi pada pasien kanker, yang diarah adalah sel-sel kankernya, tetapi itu juga berakibat pada rentang waktu tertentu sistem kekebalan tubuh bisa ada pada titik terlemahnya. Atau dalam skala global, rantai sistem yang membuat bumi ini layak untuk dihuni, tiba-tiba sudah terbayang sedang menuju rantai terlemahnya. Penampakan dari kedaruratan iklim telah membuat kita sadar akan hal tersebut.

Dalam batas-batas yang cukup lebar, sebagian besar hidup kita akan lekat dengan ‘logika-rantai-lurus’. Dan itu bisa sebagai batu pijak juga dalam mengembangkan hidup bersama. Bagaimana industri otomotif Jepang bisa meraksasa juga tidak lepas dari soal desain ‘rantai-produksi’ yang berjalan dengan presisinya. Termasuk juga industri-industri kecilnya sebagai pemasok. Juga pengembangan manajerialnya, kaizen. Rantai-perbaikan-terus-menerus itu dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Dalam Perang Modern yang melibatkan tahap-tahap infiltrasi, eksploitasi, adu-domba, cuci-otak, dan tahap terakhir: invasi atau penguasaan, adalah juga soal bagaimana sebelum invasi atau penguasaan sebagai palu godam ketika rantai sudah begitu diperlemah.

Di atas disinggung soal ‘batas-batas yang cukup lebar’, yang dimaksud adalah misalnya, banyak hal kemajuan diupayakan berdasarkan ‘hukum gravitasi Newton’. Tetapi di sekitar awal abad 20 kita tahu bahwa ‘hukum gravitasi Newton’ itu mempunyai batas-batasnya, dan itu dikoreksi oleh Einstein melalui Hukum Relativitas-nya. Menjadi ‘rantai terlemah’ adalah bahkan merawat ‘logika-rantai-lurus’ saja tergagap-gagap. Contoh yang aktual, bagaimana rejim menghayati ‘rantai-peristiwa’ dari Tragedi Kunjuruhan baru-baru ini. Bahkan mencari titik-berangkat penghayatan akan rantai-peristiwa-pun seakan ada beban berat. Bagi yang masih waras, titik-berangkat dalam rantai-peristiwa yang melibatkan nasib manusia ya manusianya itu dulu. Bukan tangga, bukan pintu, dan bukan stadion dalam Tragedi Kunjuruhan itu. Itu kalau masih waras. Manusia-manusia konkret sebagai korban. Bukan sekedar angka-angka. Atau contoh gamblang, merawat ‘logika-rantai-lurus’ dari janji-janji kampanye-pun seakan tidak dikenal. Terlalu banyak ngibul. Juga misalnya, konsistensi hukum yang ditelikung secara ugal-ugalan. Atau segala ‘tontonan’ yang dengan mudah netizen membongkar ke-tidak-konsisten-nya. Yang ujung-ujungnya cukup dijelaskan bahwa itu polah-tingkah orang gila. Asal njeplak, asal mangap seolah terlepas dari ‘rantai-peristiwa’ yang semestinya ada pertanggung-jawabannya.

Apa ‘rantai peristiwa’ yang akan menggelinding ketika hidup bersama menjadi begitu gagap-nya dalam mengelola ‘logika-rantai-lurus’ ini? Yang dipertaruhkan ketika lurus-lurus saja bahwa A=A misalnya, inkonsistensi-nya itu akan mendorong kegundahan akan ‘identitas’ awal dari A itu. Jika kegundahan kemudian tidak hanya berasal dari A=A, atau B=B, atau C=C, dan seterusnya, artinya inkonsistensi dalam banyak hal, maka akan banyak yang mencari pada hal-hal yang menurut keyakinannya bisa memberikan ‘konsistensi’-nya. Bisa bermacam bentuknya. Maka ‘rantai-peristiwa’ selanjutnya kemungkinan yang jadi titik berangkatnya, sayangnya, adalah dari ‘lemahnya-rantai’. Enambelas tahun sebelum 1945, si-Bung sudah melihat ‘rantai-terlemah’ imperialisme ketika nanti pecah Perang Pasifik, dan saat itu Indonesia akan merdeka. Akankah akan terjadi sebaliknya? Ketika sekarang pecah Perang Pasifik atau perang-besar lainnya, akankah republik justru akan bubar? Karena sedang dalam posisi ‘rantai terlemah’-nya?[1] Tidak ada ‘modal’ yang cukup untuk mengelola ketika ‘logika-rantai-kontradiksi’ itu semakin membesar denyutnya. Semakin menampakkan peran sentral-nya. ‘Percepatan’ yang terjadi justru akan menghancurkan, bahkan hanya dengan sedikit ‘katalis’ sekalipun. *** (27-10-2022)

 

[1] https://www.pergerakankebang

saan.com/1016-93-Tahun-Lalu/

Rantai Terlemah