www.pergerakankebangsaaan.com

gallery/eye

Sais Itu Namanya Putin

29-3-2018

Era Boris Yeltsin adalah era ugal-ugalan-nya nafsu, khususnya terkait dengan wealth. Privatisasi yang ugal-ugalan membuat para oligark tidak hanya menjadi orang kaya baru tetapi juga akhirnya mempunyai posisi sangat kuat dalam negara. Tentu para pendukung “politik pintu terbuka sangat lebar-lebar” berjingkrak senang dengan situasi ini. Mereka membayangkan, inilah saatnya kudeta merangkak menggulingkan si-super-power. Balkanisasi sudah, tinggal mencaplok lewat kekuatan uang. Tetapi ada yang dilupakan, bagaimanapun juga Russia telah lama ikut ‘liga champions”,  maka tak mudah begitu saja untuk dikalahkan.

Dalam pemilihan, kekuatan lama ternyata kalah melawan Yeltsin. Tetapi akhirnya sejarah mencatat, karena ugal-ugalan Yeltsin sendirilah ia dimakan oleh kekuatan lama yang secara cerdik merubah diri sesuai dengan tuntutan-tuntutan baru. Bagi Putin, nafsu akan uang semakin nampak bahwa itu ternyata tidak bisa dimatikan lewat revolusi sama-rasa-sama-rata. Dan Putin sepakat dengan Thucydides bahwa sejarah akan lebih memberikan pelajaran dari pada sebuah ide. Maka diambillah pelajaran dari era Yeltsin: jangan biarkan kuda liar nafsu akan uang itu tak terkendali tanpa sais. Selanjutnya adalah, para oligark era Yeltsin-pun diajak bicara baik-baik. Tidak mau secara baik-baik, masuk penjara –atas nama hukum. Tidak beruntung, dikirim ke alam sana. Maka mengalirlah uang yang dihasilkan oleh melimpahnya kekayaan alam Russia itu ke kantong negara, bukannya antre berebut masuk kantong para oligark. Dengan uang mengalir ke kantong negara, senjata nuklir Russia akhirnya punya daya ledak lagi. Yang dulu berpikir akan mencaplok dengan kekuatan uang menjadi berpikir dua-tiga kali. Mereka sangat sadar, behind the invisible hand selalu ada iron fist.

Mungkin bagi Putin –meminjam alegori kereta perang Platon dalam Phaedrus, hasrat akan limpahan kekayaan itu adalah laksana kuda hitam liar yang penuh gejolak, penuh energi. Sedang hasrat akan kemegahan masa lalu yang dikalahkan Yeltsin dalam pemilihan adalah kuda putih yang juga liar penuh energi. Yeltsin mungkin populer pada awal pemerintahannya, tetapi kegagalan mengendalikan kedua kuda liar penuh energi itu membawa ‘kereta perang’ Russia menjadi rapuh. Maka tidak heran jika hal pertama yang dilakukan Putin adalah dengan segala sumber daya yang ada di tangannya ia menarik tali kekang kuat-kuat. Selain menarik tali kekang kuat-kuat, Putin juga membisikkan kata-kata penuh patriotisme ke telinga kuda, terutama pada kuda hitam.

Masalah akan selalu muncul dengan berjalannya waktu. Waktu dimana didalamnya membawa segala macam kemungkinan. Siapa akan mengendalikan Putin? Pertanyaan yang bisa sangat mudah dijawab, atau tidak. Baik oleh warga negara Russia, maupun yang bukan. *** (Mar 2018)

gallery/putin
gallery/kuda